Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Ar Razzaq dan Contoh Meneladani Sifat Ar Razzaq

Daftar Isi [Tampilkan]

Pengertian ar Razzaq

Ar Razzaq artinya diambil dari kata razaqa atau rizq, yakni rezeki. Hanya saja makna rezeki mengalami pengembangan makna sehingga ia juga dapat berarti adanya pangan, terpenuhinya kebutuhan, honor seseorang, ketenangan ataupun hujan serta makna-makna lainnya. 

Dengan demikian rezeki berarti segala pemberian dari Allah dari Allah Swt yang dapat dimanfaatkan baik berupa fisik, maupun non fisik.

Dalam al Quran ar Razzaq hanya disebutkan satu kali di dalam firman Allah Swt:

“Sesungguhnya Allah dialah Maha pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh”

Hanya saja banyak ayat yang lain yang menggunakan akar kata Ar Razzaq ini yang tersebar di dalam al Quran.

Ar Razzaq berarti Allah Swt secara berulang-ulang dan terus-menerus memberikan banyak rezeki kepada makhlukNya. Dalam hal ini Imam Ghazali berkata: "Allah Swt yang menciptakan rezeki dan la pula yang menciptakan pencari rezeki sekaligus yang mengantarkan serta menciptakan hukum kausalitas sehingga manusia dapat menikmatinya".

Contoh Meneladani Sifat Ar Razzaq 

a. Setiap orang sudah dijamin rezekinya.

Sesungguhnya seluruh makhlik Allah sudah dijamin rezekinya. Manusia yang mendapatkan rezeki dengan cara-cara yang haram sekalipun sesungguhnya oleh Allah sudah disediakan rezeki yang halal, tetapi sosok yang bersangkutan enggan mengambilnya atau kurang puas dengan perolehannya sehingga ia memillih rezeki yang haram.

Agama menganjurkan manusia dalam rangka memperoleh rezeki untuk berusaha semaksimal mungkin dan apabila terhalangi, maka ia dianjurkan untuk berhijrah.

b. Berusaha secara maksimal dan qonaah 

Harus dipahami bahwa jaminan rezeki yang diberikan oleh Allah Swt disertai dengan usaha. Selain itu kita juga harus menyadari bahwa yang memberikan jaminan rezeki tersebut adalah Allah Swt Dzat yang menciptakan makhluk dan hukum alam yang mengatur kehidupannya. Dengan demikian kehendak, perasaan selera dan insting manusia merupakan rezeki dan dengan hal-hal tersebut tercipta dorongan manusia untuk berusaha. 

Setelah manusia berusaha dan mendapatkan hasil, maka harus diiringi dengan sifat qanaah atau merasa puas dengan apa yang diperoleh. Hanya saja jangan salah dalam memahami qana'ah sebab kepuasan tersebut harus melalui tiga hal:

Pertama, Usaha maksimal yang halal.

Kedua, Keberhasilan memiliki hasil atau rezeki dari usaha yang maksimal itu sendiri.

Ketiga, Dengan hati yang lapang menyerahkan apa yang telah dihasilkan karena sudah merasa puas dengan penghasilan sebelumnya. Oleh karena itu usaha yang maksimal yang tidak disertai dengan keberhasilan atau kepemilikan hasil usaha, maka ia belum dikatakan qana'ah apalagi jika seseorang menyerahkan apa yang ia peroleh tidak dengan hati yang lapang.

c. Mengantarkan rezeki kepada orang lain

Dalam rangka meneladani asma Allah Ar Razzaq sudah sepatutnya manusia menjadi penyebab sampainya rezeki yang ia terima kepada orang lain. Semakin banyak yang memberikan rezeki yang ia peroleh kepada orang lain maka ia semakin meneladani sifat Ar Razzaq Allah Swt. 

Meskipun demikian al quran tidak menganjurkan seseorang untuk memberikan seluruh rezeki yang diperolehnya yang bersifat materi kepada orang lain. Dalam hal ini Allah berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang Telah kami berikan kepadamu"

Ayat di atas juga mengisyaratkan bahwa hendaklah sebagian rezeki yang kita peroleh untuk ditabung untuk biaya-biaya yang tidak terduga. Adapun untuk rezeki yang bersifat non fisik seperti ilmu pengetahuan, maka tidak ada kewajiban menyimpannya. Karena ilmu pengetahuan semakin diberikan, maka semakin bertambah bukan berkurang.