Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Al Malik dan Meneladani Allah dengan Sifat Al Malik

Daftar Isi [Tampilkan]

Arti Al Malik

Al Malik artinya secara umum diartikan dengan kata raja atau penguasa. Kata al Malik terdiri dari huruf Mim Lam Kaf yang rangkaiannya mengandung makna kekuatan dan keshahihan. Kata al Malik di dalam al-Qur'an terulang sebnyak lima kali biasanya diartikan dengan arti raja. Dua dari ayat tersebut disandingkan kepada kata al-Haq yang berarti pasti dan sempurna. Hal ini karena kerajaan Allah Swt abadi dan sempurna tidak seperti kerajaan manusia.

Imam al-Ghazali menyatakan arti kata al Malik adalah menunjukkan bahwa Allah Swt tidak membutuhkan kepada segala sesuatu melainkan segala sesuatu membutuhkan diriNya. Tidak hanya itu bahkan segala wujud yang ada di muka bumi ini bersumber darinya dan ia menjadi pemilik bagi seluruh wujud tersebut. 

Dengan demikian Allah Swt adalah raja sekaligus pemilik. Kepemilikan Allah Swt sangat berbeda dengan kepemilikan manusia. Kepemilikan manusia terbatas sementara kepemilikan Allah Swt tidak terbatas. Sebagai misal bisa saja manusia memiliki mobil hanya saja dengan kepmilikannya tersebut ia memiliki keterbatasan. Tidak mungkin seseorang dengan sengaja menabrakkan mobilnya.

Sebab apabila ia melakukan hal ini, minimal kecaman akan ia peroleh karena manusia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Sementara ini tidak berlaku bagi Allah Swt karena Allah Swt tidak diminta pertanggungjwaban atas perbuatanNya. Allah Swt juga sebagai raja. Raja berarti Dzat yang memiliki hak mengatur terhadap diriNya maupun sosok lain dengan kekuatan dan kekuasaanNya. Manusia bisa saja menjadi raja tetapi tidak dapat menjadi raja yang mutlak karena hal tersebut hanya milik Allah Swt.

Meneladani Allah dengan sifat al Malik

1. Manusia memiliki keterbatasan kepemilikan terhadap sesuatu.

Dengan asma Allah Swt al-Malik ini seharusnya manusia sadar bahwa dirinya terbatas. Bukan hanya itu harta benda yang mereka miliki juga terbatas, baik terbatas jumlahnya atau terbatas pemakaiannya. Manusia hanya bisa memakai harta yang ia miliki di dunia saja. Demikian pula kepemilikan yang ia miliki juga terbatas. Seseorang bisa saja memiliki karyawan tetapi ia hanya dapat menguasai sisi lahiriah dari karyawannya tersebut. Ia tidak dapat menguasai sisi batinnya.

2. Pengendalian nafsu

Dengan mengerti dan memahami sifat al Malik dengan baik, seseorang dapat menguasai hawa nafsu. Dalam sejarah, umat Islam pernah mengalami kekalahan perang, yaitu dalam perang Uhud. Kekalahan tersebut terjadi karena sebagian dari pasukan umat Islam tergoda dengan harta ghanimah atau harta rampasan perang sehingga Allah Swt mengurangi kekuatan mereka dan akhirnya mereka kalah di dalam perang. Saat itu seandainya umat Islam tidak tergoda dengan harta rampasan perang yang ada dan meyakini bahwa Allah Swt adalah pemilik semuanya, niscaya pasukan Islam akan menang.

3. Bersyukur terhadap nikmat Allah

Mensyukuri nikmat Allah yang telah diberikan kepada manusia merupakan bentuk pengamalan dari penghayatan seseorang terhadap asmaul husna al Malik. Seseorang akan sadar bahwa pemilik sebenarnya bagi segala sesuatu adalah Allah Swt. Oleh karena itu ketika seseorang sudah berusaha dengan maksimal lalu ia memperoleh rezeki, maka ia akan mensyukuri rezeki itu. Ia tidak akan mengumpat atau mencaci orang lain karena ia sadar bahwa Allah Swt adalah pemilik sejatinya.