Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Gerakan-Gerakan Yang Bertentangan Dengan Faham Ahlussunnah Wal Jamaah

Daftar Isi [Tampilkan]
Disamping paham-paham yang sudah kita kenal ajaran-ajarannya bertentangan dengan ajaran paham Ahlussunnah Waljamaah seperti Muktazilah, Syiah, Khawarij, Murjiah, Jabariyah, Qadariyah dan lain-lain, terdapat paham-paham yang berkembang dimasyarakat yang aqidah dan ajaran-ajarannya sangat bertentangan dengan ajaran Ahlussunnah Waljamaah/agama Islam, diantaranya adalah :

Paham Wahabi

Paham atau aliran ini dibangun oleh Muhammad bin Abdul Wahab (1703-787 M), paham ini disebut dengan Wahabiyyah. Hal ini mengacu kepada pelopor paham tersebut yakni Muhammad Abdul Wahab. Dia dilahirkan di Ayibah, sebuah kota kecil dilembah Najed.

Dalam pengembangan pahamnya Muhammad Bin Abdul Wahab membutuhkan penguasa/pemerintah untuk memuluskan dakwahnya. Sedangkan penguasa pada saat itu Muhammad Bin Saud membutuhkan seorang ulama yang dapat menanamkan kepada rakyatnya ideologi/paham yang keras, demi untuk memperkokoh dan malanggengkan kekuasaannya. Dengan demikian paham Wahabi di Hijaz ketika itu (Arab Saudi) menjadi berkembang dengan baik karena didukung penguasa atau raja selaku pemerintah negeri Hijaz. Dalam sejarahnya kaum wahabi sudah dua kali menguasai Hijaz, yang pertama tahun 1803-1813 M dan yang kedua tahun 1925 M – sampai sekarang.

Ajaran paham ini diantaranya ini diantaranya adalah mengkafirkan orang yang berdoa dengan tawasul dihadapan makam Nabi Muhammad saw, berziarah ke makam nabi, memuji-muji nabi dengan nadzom burdah sholawat dalailul khoirot dan membaca kisah-kisah maulud al barzanji dll, sedangkan ajaran-ajaran tersebut bertentangan dengan ajaran Ahlussunnah Waljamaah yang dikembangkan oleh para ulama pesantren.

Pemikiran paham Wahabi ini juga masuk ke Indonesia, salah satu caranya adalah dibawa oleh orang-orang Indonesia yang belajar di negeri Hijaz (Arab Saudi), yang kembali ke Indonesia kemudian mempraktekkan ajaran-ajaran wahabi di Indonesia sehingga praktek-praktek keagamaan yang selama ini dikembangkan para ulama Ahlussunnah Waljamaah secara perlahan diganti dengan paham baru yang senada dengan ajaran Wahabi.

Masuknya paham Wahabi di Indonesia lambat laun merusak ajaran Ahlussunnah Waljamaah sehingga ini mendorong para ulama pesantren untuk membentengi umat Islam Indonesia dari ajaran Wahabi dengan mendirikan NU.

Paham Bahaiyah

Kaum Bahaiyah berusaha menyatukan agama Yahudi, Nasrani, dan Islam dengan alasan bahwa semua itu merupakan agama yang datang dari Tuhan. Mereka menyatakan bahwa ketika agama itu lebih baik disatukan, sehingga dapat dipeluk oleh orang Yahudi, Nasrani, dan Islam. Penyatuan dari agama-agama tersebut oleh paham ini ingin dijadikan sebagai agama internasional. Menurut mereka permusuhan dan pertikaian di seluruh dunia akan habis dan peperangan tidak akan nada, jika orang semuanya satu agama dan sama-sama bertuhan kepada tuhan yang maha esa.

Di Indonesia kaum Bahaiyah akan menyatukan bukan saja agama Islam, Yahudi, Nasrani tetapi juga akan menyatukan agama Hindu, Budha dan agama lain-lain. Ajaran Bahaiyah ini kalau dipraktekkan bisa membawa kepada hilangnya semua agama, karena sendi-sendinya sudah diruntuhkan dan ajaran-ajarannya sudah dikacaukan padahal menurut Islam, adama yang diterima disisi Allah hanyalah Islam, sesuai dengan firman Allah :
إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلۡإِسۡلَـٰمُ‌ۗ
Artinya : Sesungguhnya agama [yang diridhai] di sisi Allah hanyalah Islam. (QS. Ali-Imran:19)

Dan firman Allah :
وَمَن يَبۡتَغِ غَيۡرَ ٱلۡإِسۡلَـٰمِ دِينً۬ا فَلَن يُقۡبَلَ مِنۡهُ وَهُوَ فِى ٱلۡأَخِرَةِ مِنَ ٱلۡخَـٰسِرِينَ (٨٥)
Artinya : Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima [agama itu] daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (85) (QS. Ali-Imran:85)

Faham yang sealiran dengan Bahaiyah di Indonesia juga banyak bermunculan, seperti aliran yang dikembangkan oleh Lia Eden, yang mengaku sebagai titisan Malaikat Jibril. Ajarannya mencampur adukkan antara agama Islam dengan ajaran agama Nasrani. Begitu juga ajaran yang dikembangkan oleh Ahmad Mushodek yang mengaku sebagai Nabi yang mengajarkan lafadz syahadat yang berbeda dengan syahadat yang diajarkan agama Islam, dan tidak perlu melakukan shalat lima waktu serta puasa Ramadhan.

Paham Ahmadiyah

Pendiri paham ini adalah Mirza Ghulam Ahmad, lahir di Qodiyan sebuah desa di daerah Punjab, Pakistan pada tahun 1836 M. Mirza Ghulam Ahmad mengaku dirinya Nabi setelah Nabi Muhammad dan mengaku nabi yang paling akhir. Paham Ahmadiyah ini masuk ke Indonesia setelah perang dunia I dan muncul pertama kali di Daerah Jakarta, Medan, Padang selanjutnya berkembang di daerah lain di Indonesia.

Inti ajaran paham Ahmadiyah di samping mengaku Nabi dan Rasul, Mirza Ghulam Ahmad juga mengaku sebagai Isa Almasih yang dijanjikan akan datang pada akhir zaman sebagai juru selamat. Iktiqod kaum Ahmadiyah mempercayai bahwa Mirza Ghulam Ahmad diutus Allah untuk menyempurnakan Agama Islam. Menurut Mirza Ghulam Ahmad Agama Islam dianggap belum sempurna, oleh karenanya ia diutus untuk menyempurnakannya. Dalam bukunya “Mi’yarul Akhyar” Mirza Ghulam berkata “Saya lebih mulia dari Abu Bakar bahkan lebih mulia dari para Nabi.”

Yang lebih fatal lagi Mirza Ghulam Ahmad bermimpi menjadi tuhan, sebagaimana tersebut dalam bukunya Ayinah Kamalat Islam.

Paham Najariyah

Pendiri paham ini adalah Abu Abdillah Husein Bin Muhammad An Najar, hidup pada masa khalifah Al Makmun sekitar tahun 198 H, pada awalnya ia seorang Muktazilah kemudian menganut paham Jabariyah, dan pernah pula menganut paham Ahlussunah Waljamaah dan akhirnya membuat paham/madzab sendiri yaitu paham Najariyah.

Ajarannya dari paham ini adalah berusaha hendak mempersatukan berbagai macam paham atau aliran, hampir serupa dengan Bahaiyah. Paham ini terbagi menjadi tiga aliran, yakni: Aliran Margatsiyah, aliran Za’faroniyah, dan aliran Mustadrikah.

Diantara fatwa-fatwa dalam ajaran paham Najariyah adalah Allah tidak mempunyai sifat, Allah berkuasa dengan Zat-Nya, berkata dengan Zat-Nya dan mendengar dengan Zat-Nya. Setiap orang mukmin yang mengerjakan dosa besar dan mati sebelum taubat maka ia pasti masuk neraka tetapi tidak kekal selama-lamanya. Menurut paham ini Allah tidak dapat dilihat dengan mata kepala walaupun di surga. Paham Najariyah ini akhirnya hilang karena tidak mendapatkan banyak pengikut. Tetapi pecahan-pecahan dari paham ini tidak menutup kemungkinan masih ada dan berkembang sampai saat ini.

Demikian beberapa aliran yang ajarannya bertentangan dengan ajaran Ahlussunnah Waljamaah, maka dengan mengetahui paham dan ajaran tersebut diatas diharapkan lebih mengetahui, hati-hati dan waspada terhadap munculnya berbagai macam aliran dan ajaran yang menyesatkan saat ini.