Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Mu'tazilah dan I'tiqadnya serta Sikap Ahlussunnah Wal Jamaah

Daftar Isi [Tampilkan]

Pengertian Mu'tazilah 

Perkataan mu’tazilah berasal dari kata i’tizal yang artinya menyisihkan diri. Aliran Mu'tazilah adalah kaum yang menyisihkan diri. Tokoh pendiri aliran mu’tazilah adalah Washil bin 'Atha' (meninggal tahun 131 H). 

Kaum Mu'tazilah pernah membuat heboh dunia Islam selama kurang lebih 300 tahun pada abad-abad permulaan Islam. Mereka membunuh ribuan ulama Islam, antaranya Syekh Buwaithi seorang imam pengganti Imam Syafi'i dalam satu peritiswa yang dinamai "Peristiwa Qur'an Makhluk". Imam Ahmad bin Hanbal pembangun Madzhab Hanbali mengalami siksaan dalam penjara selama 15 tahun akibat peristiwa itu. 

Paham Mu'tazilah telah tersebar dan berkuasa pada masa-masa khalifah Ma'mun bin Harun al Rasyid, al Mu'tashim bin Harun al Rasyid dan khalifah al Watsiq bin al Mu'tashim. Ketiganya adalah khalifah yang berkuasa pada masa pemerintahan dinasti Bani Abasyiyah

Aliran Mu'tazilah sampai sekarang masih menyusup ke dalam masyarakat di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Oleh karena itu, warga NU harus tetap mewaspadai berkembangnya ajaran kaum Mu'tazilah, supaya umat Islam i'tiqadnya tidak terperosok ke dalam i'tiqad kaum Mu'tzailah. 

I'tiqad kaum Mu'tazilah 

I'tiqad kaum Mu'tazilah juga hampir sejalan dengan I'tiqad kaum Khawarij. Yakni, cenderung rasionalis, sangat mengedepankan akal ketimbang wahyu. Jika ada wahyu bertentangan akal, maka wahyu harus dikalahkan. 

Mereka sangat mendewa-dewakan kekuatan akal, Sehingga, 'itiqad kaum Mu'tazilah dikenal sebagai i'tiqad kaum rasionalis. Inti i'tiqad aliran Mu'tazilah adalah: 

  1. Baik buruk ditentukan oleh akal manusia. Mana yang baik menurut akal maka baiklah dia, dan mana yang buruk kata akal maka buruklah dia.
  2. Tuhan tidak mempunyai sifat. Tuhan mendengar dengan Dzat-Nya, Tuhan melihat dengan Dzat-Nya dan Tuhan Berkata dengan Dzat-Nya. 
  3. Al-Qur'an itu makhluk, bukan sifat Allah atau kalam Allah yang qadim. 
  4. Orang mu'min yang berbuat dosa besar, dia tidak kafir dengan perbuatannya itu, dia tetap mu'min tetapi mu'min yang durhaka. Jika dia meninggal sebelum bertaubat, dia tidak mu'min lagi dan tidak kafir. Tetapi, posisinya diantara kafir dan mukmin. Istilah ini dikenal "al-Manzilah bainal Manzilatain" tempat di antara dua tempat. 
  5. Tuhan tidak dapat dilihat walaupun di dalam surga, karena seolah-olah menimbulkan tempat bahwa Tuhan berada di dalam surga. 
  6. Kaum Mu'tazilah tidak mengakui Isra' Mi'raj secara utuh. Mereka hanya mengakui Isra' saja, sementara Mi'raj tidak masuk akal. 
  7. Pekerjaan manusia diciptakan oleh manusia sendiri, bukan oleh Tuhan. Tuhan sama sekali tidak tau apa yang sedang dan akan dikerjakan oleh manusia. 
  8. Kaum Mu'tazilah tidak percaya adanya 'arys atau kursi bagi Tuhan. 
  9. Tidak percaya adanya Malaikat Kiraman Katibin yang bernama Raqib dan 'Atid. Karena ilmu Tuhan meliputi segala sesuatunya, tidak ada yang tersembunyi bagi Tuhan. 
  10. Penduduk neraka tidak kekal dalam neraka. Tetapi, ia menyatu dengan neraka hingga akhirnya tidak merasakan lagi siksaan neraka, karena ia sudah menjadi neraka.
  11. Di akherat nanti tidak ada mizan (timbangan amal) tidak ada hisab (perhitungan amal, shirathal mustaqim (titian atau jembatan) dan syafa'at Nabi Saw. 
  12. Tidak ada siksa kubur, karena bertentangan dengan akal. 
  13. Hal buruk tidak diciptakan Tuhan, karena Tuhan hanya mencipta yang baik dan yang lebih baik. 

Sikap Ahlussunah Waljama'ah 

Kaum Ahlussunnah Wal jamaah tidak sejalan dengan i'tiqad kaum Mu'tazilah. Dalam beri'tiqad, kaum Ahlussunnah Waijama'ah lebih mendahulukan wahyu ketimbang akal. 

Sehebat apapun akal manusia, pasti ada batasnya. Karena rasio akal berbeda dengan rasio agama. Rasio akal mengatakan bahwa 1 + 1 = 2. Sebaliknya, rasio agama mengatakan bahwa 1 + 1 bisa menjadi 54. Contohnya adalah 2 orang yang shalat jama'ah akan mendapat masing-masing 27 derajat (pahala). Sehingga 27 + 27 adalah 54. 

Menurut kaum Ahlussunah Waljama'ah, bahwa: 

  1. Buruk dan baik ditentukan Allah dalam al Qur'an dan Sunah Nabi Saw. 
  2. Qur'an dan Hadits di atas akal. 
  3. Qur'an kalam Allah yang Qadim. 
  4. Tuhan bisa dan boleh dilihat di dalam surga. 
  5. Mi'raj Nabi Saw. dengan tubuh dan ruh. 
  6. Pekerjaan manusia dijadikan Tuhan. 
  7. 'Arsy dan Kursi ada
  8. Surga dan neraka kekal selama-lamanya. 
  9. Timbangan amal di akhirat ada. 
  10. Hisab amal di akhirat ada. 
  11. Jembatan Shirathal Mustaqim ada,
  12. Kolam Kautsar ada. 
  13. Siksa kubur ada. 
  14. Tuhan tidak diwajibkan membuat yang baik atau yang lebih baik. 
  15. Tuhan mempunyai sifat. 
  16. Ada mukjizat Nabi Muhammad Saw. selain al Qur'an. 
  17. Keramat Wali ada. 
  18. Menjauhkan diri dari mencaci maki sahabat-sahabat Nabi Saw. 
  19. Orang mu'min yang berbuat dosa besar tidak kafir dan tidak kekal di neraka. 
  20. Surga dan neraka sudah tersedia dari sekarang.