Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sejarah dan Potensi Pengembangan Biogas di Indonesia

Daftar Isi [Tampilkan]
Sejarah dan Potensi Pengembangan Biogas di Indonesia
Awalnya, biogas yang dikembangkan oleh orang-orang dari negeri Cina berupa campuran gas yang berasal dari rawa atau biasa disebut sebagai gas rawa metana. Proses fermentasi untuk membentuk gas metana ini baru ditemukan oleh Alessandro Volta pada tahun 1778, sedangkan digester anaerobik untuk mengolah biogas dibangun pada tahun 1896 di Inggris.

Sejak saat itu, biogas mulai mulai banyak dimanfaatkan terutama oleh kalangan petani untuk menggerakkan alat-alat mekanik seperti traktor. Namun, seiring dengan dikembangkannya energi dari bahan bakar minyak membuat penggunaan biogas mulai ditinggalkan.

Di Indonesia, biogas sebagai alternatif sebetulnya dimulai dikembangkan pertama kali pada tahun 1970-an. Hampir sama seperti di luar negeri, pengembangannya juga terhambat karena tingginya penggunaan bahan bakar minyak. Teknologi biogas baru berkembang kembali sejak tahun 2006, pada saat itu di dalam negeri mulai ramai dengan kasus kelangkaan bahan bakar minyak dan permasalahan terkait energi lainnya.

Saat ini, biogas memang dikembangkan untuk dijadikan energi alternatif pengganti bahan bakar minyak di tingkat nasional. Kesadaran masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan energi yang berbiaya murah dan ramah lingkungan menjadikan biogas sebagai pilihan yang tepat terutama bagi masyarakat di daerah pedesaan atau pelosok. Pasalnya di daerah pedesaan yang sulit terjangkau, seringkali mengalami kesulitan bahan bakar tidak hanya dalam hal penyediaan, tetapi juga akses untuk mendapatkannya.

Dilihat dari aspek ekologis, sosial, maupun budaya, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan biogas terutama untuk pemenuhan kebutuhan energi di kalangan rumah tangga. Hal ini turut didorong oleh beberapa kondisi seperti dibawah ini
  1. Ketersediaan bahan baku biogas, terutama yang berasal dari limbah peternakan sangat mendukung produksi biogas dalam skala industri. Pasalnya, jumlah peternakan di Indonesia cukup banyak, tetapi pemanfaatan limbah kotoran ternak belum tergarap secara maksimal.
  2. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki problematika penyediaan energi yang merata di semua wilayah. Hal ini disebabkan oleh sulitnya penyaluran bahan bakar hingga ke daerah pelosok yang belum memiliki sarana dan prasarana penghubung memadai. Hal ini kemudian berakibat banyak wilayah pedesaan di pelosok negeri yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Contoh kasus dapat dilihat di wilayah-wilayah transmigrasi yang belum memiliki alat penerangan memadai akibat ketiadaan bahan bakar untuk penggerak mesin generator listrik.
  3. Adanya regulasi nasional yang baru dibidang energi seperti kenaikan tarif dasar listrik, kenaikan harga gas lpg, minyak tanah, dan harga sumber energi lainnya sehingga hal ini mendorong adanya upaya untuk pengadaan energi alternatif. Harapannya, energi alternatif tersebut selain lebih terjangkau biayanya juga berkelanjutan dan ramah lingkungan. Salah satunya adalah melalui pengembangan biogas yang lebih terjangkau oleh masyarakat kelas menengah ke bawah.
  4. Pengadaan industri biogas di tingkat petani juga menunjang penggunaan pupuk organik sebagai pengganti pupuk kimia yang harganya semakin mahal dan langka. Selain itu, penggunaan pupuk organik juga memberikan keuntungan secara ekologis, yaitu ramah lingkungan dan tidak merusak karakteristik fisik tanah.