Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Makalah Bahasa Indonesia Tentang Karya Ilmiah

Daftar Isi [Tampilkan]

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

      Sekarang ini menulis karya ilmiah kerap menjadi masalah bagi beberapa orang yang belum mengetahui cara atau struktur dari karya ilmiah, terutama bagi seseorang yang sedang dalam pembuatan proposal hasil penelitian ilmiah atau bahkan yang sudah melakukan penelitian. Dalam menulis karya ilmiah diperlukan berbagai pemahaman yang cukup kompleks yang harus dipelajari.

      Berbagai persoalan yang sering terjadi kepada orang yang belum memahami tentang karya ilmiah :

  1. Banyak mahasiswa yang bermasalah dalam pembuatan skripsi atau tesisnya
  2. Kurangnya wawasan dalam menulis karya ilmiah, seperti ketrampilan menulis dan membaca
  3. Banyaknya mahasiswa yang belum mengetahui sistematika dalam penulisan karya ilmiah

      Jadi, dapat disimpulkan belajar atau mengetahui cara sistematika penulisan karya ilmiah sangatlah penting karena dapat memperjelas sasaran atau tujuan dilaksanakannya suatu penelitian. Sehingga dalam pembahasannya dapat tersampaikan dengan baik dan dapat dipahami oleh pembaca.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang disusun oleh penulis sebagai berikut :

  1. Apa pengertian karya ilmiah ?
  2. Apa saja ciri-ciri karya ilmiah ?
  3. Apa saja jenis-jenis karya ilmiah ?
  4. Bagaimana kerangka umum karya ilmiah ?
  5. Bagaimana penalaran dalam karya ilmiah ?

C. TUJUAN

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

  1. Memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai pengertian karya ilmiah.
  2. Memberikan wawasan kepada pembaca megenai ciri-ciri karya ilmiah.
  3. Memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai jenis-jenis karya ilmiah.
  4. Memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai kerangka umum karya ilmiah.
  5. Memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai penalaran dalam karya ilmiah.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Karya Ilmiah

      Pengertian karya ilmiah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa karya ilmiah adalah karya tulis yang dibuat dengan prinsip-prinsip ilmiah, berdasarkan data dan fakta (observasi, eksperimen, kaijian pustaka).

Jika pengertian karya ilmiah menurut para ahli sebagai berikut :

“Karya ilmiah merupakan karangan ilmu pengetahuan yang menampilkan fakta dan dibuat dengan menggunakan metodologi penulisan yang baik dan benar.” (Brotowidjoyo, 2013).

“Karya ilmiah merupakan karya ilmiah berupa tulisan yang dipublikasikan ataupun dipaparkan dari hasil pengkajian ataupun penelitian yang telah dilakukan, yang dalam penulisannya memperhatikan kaidah dan etika keilmuan yang berlaku di masyarakat keilmuan.” (Firman, 2013).

B. Ciri-Ciri Karya Ilmiah

      Secara umum karya ilmiah dapat dibedakan dengan karya ilmiah melalui ciri-cirinaya. Secara ringkas ciri-ciri karya ilmiah adalah sebagai berikut :

  1. Menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik.
  2. Penulisnya cermat, tepat, dan benar, serta tulus. Tidak memuat terkaan. Pernyataan-pernyataan yang disampaikan tidak mengandung penafsiran pribadi dan tidak berefek samping.
  3. Tidak mengejar keuntungan pribadi, yakni tidak berambisi agar pembaca berpihak kepadanya. Motivasi penulis hanya untuk memberitahukan sesuatu. Penulis ilmiah tidak ambisius dan tidak berprasangka.
  4. Karangan ilmiah itu sistematis, tiap langkah direncanakan secara sistematis terkendali, secara konseptual dan prosedural.
  5. Karangan ilmiah itu tidak emotif, tidak menonjolkan perasaan. Karangan ilmiah menyajikan sebab-musabab dan alasan yang dikemukakan induktif, mendorong untuk menarik simpulan tidak terlalu tinggi, dan bukan ajakan.
  6. Tidak memuat pandangan-pandangan tanpa data pendukung.
  7. Ditulus secara tulus dan memuat hanya kebenaran. Tidak memancing pertanyaan-pertanyaan yang bernada keraguan.
  8. Karangan ilmiah tidak bersifat argumentatif. Karangan ilmiah mungkin mencapai simpulan, tetapi penulisnya membiarkan fakta berbicara sendiri.
  9. Karangan ilmiah tidak bersifat persuatif, yang dikemukakan fakta dan aplikasi hukum alam kepada problem spesifik. Tujuan karangan ilmiah dapat mendorong pembaca mengubah pendapat tetapi tidak melalui ajakan, argumentasi, sanggahan, protes.
  10. Karangan ilmiah tidak melebih-lebihkan sesuatu. Dalam karangan ilmiah hamya menyajikan kebenaran fakta, oleh sebab itu memutar balikan fakta akan menghancurkan tujuan penulisan karangan ilmiah. Melebih-lebihkan sesuatu itu umumnya didorong oleh motif mementingkan diri sendiri.

C. Jenis-Jenis Karya Ilmiah

      Karya ilmiah yang disajikan dengan menggunakan format ilmiah berdasarkan fungsinya dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni karya ilmiah akademis dan karya ilmiah profesional.

1. Karya Ilmiah Akademis

      Karya ilmiah ini biasanya dipakai para mahasiswa, baik karya ilmiah sederhana sebagai tugas dari dosen atau karya ilmiah lengkap sebagai salah satu syarat kelulusan, karya ilmiah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

  1. Kaya ilmiah yang ditulis dalam rangka kegiatan akademis dan biasanya ditulis sebagai syarat memperoleh gelar akademis. Misalnya, untuk memperoleh gelar akademis sarjana mahasiswa dituntut untuk menyusun karya ilmiah yang berupa skripsi atau karya ilmiah yang lain setara dengan skripsi.
  2. Karya ilmiah akademis ditulis oleh siswa/mahasiswa di bawah bimbingan dan tanggung jawab orang yang lebih profesional. Mahasiswa mendapat bimbingan dari dosen dalam menyusun makalah atau skripsi.
  3. Karya ilmiah akademis biasanya tidak dipublikasikan hanya didokumentasikan dalam perpustakaan. Jika akan dipublikasikan harus disunting lagi dan disusun berdasarkan format publikasi, misalnya artikel ilmiah atau buku. Bila telah disunting dan diformat ulang maka tidak lagi menjadi karya ilmiah akademis, tetapi telah menjadi karya ilmiah profesional.
  4. Karya ilmiah akademis memerlukan proses pengujian oleh orang-orang profesional untuk menentukan kualitas karya ilmiah akademis, misalnya sebuah makalah yang disusun oleh mahasiswa akan dinilai oleh dosen pengampu mata kuliah tersebut, skripsi akan diuji dalam sidang skripsi, dan sebagainya.
  5. Karya ilmiah akademis lebih menekankan pada proses daripada hasil. Hal ini menunjukan bahwa penyusun masih dalam taraf belajar dan membutuhkan bimbingan sampai menghasilkan karya yang bermutu baik. Proses penyusunan karya ilmiah akademis dapat memakan waktu lama dan mengalami revisi naskah berulang-ulang. Bahkan skripsi yang telah dipertahankan dalam ujian sidang skripsi masih perlu disempurnakan kembali sebelum dijilid menjadi skripsi jadi.
  6. Karya tulis akademis biasanya ditulis oleh perorangan namun ada pula yang disusun oleh tim.
  7. Penulisan karya ilmiah akademis biasanya atas prakarya pengelola akademis karena karya ilmiah tersebut merupakan salah satu syarat mencapai gelar akademis. Oleh karena itu, penulisan karya ilmiah akademis bersifat wajib. Contoh karya ilmiah akademis adalah makalah kuliah, tugas kuliah, skripsi, tesis, disertasi.

2. Karya Ilmiah Profesional

      Jenis karya ilmiah yang kedua adalah karya ilmiah profesional. Karya ilmiah ditulis sebagai sarana pengembangan profesi bagi para kaum profesional. Karya ilmiah profesional dihargai dengan cara yang berbeda dengan karya ilmiah akademis, seorang dosen yang sedang studi lanjut ke jenjang S2 dan telah menyelesaikan tesis, tidak dapat menggunakan tesis sebagai pengembangan profesi. Tesis tidak dapat dihargai sebagai karya ilmiah profesional kecuali telah disunting dan diformat ulang menjadi bentuk tulisan lain. Ciri karya ilmiah profesional adalah sebagai berikut :

  1. Karya ilmiah profesional ditulis sebagai sarana pengembangan profesi
  2. Penulisan karya ilmiah profesional tidak memerlukan pembimbing. Penulis karya ilmiah bertanggung jawab terhadap karya ilmiahnya.
  3. Karya ilmiah profesional tetap mendapat penilaian untuk menguji tingkat kualitas mutu karya ilmiah, penilai karya ilmiah dapat berupa penyunting ahli dalam sebuah karya ilmiah atau evaluator dalam sebuah penelitian.
  4. Karya ilmiah ini pada umumnya digunakan untuk menyebar luaskan informasi akademis.
  5. Penulisan karya ilmiah profesional lebih menekankan hasil daripada proses.
  6. Disusun oleh perorangan atau tim dengan cara mengajukan usulan dan melalui sistem kompetisi untuk memperoleh pandangan.
  7. Contoh karya ilmiah profesional adalah laporan penelitian, artikel ilmiah, buku teks, makalah, dan sebagainya.

D. Kerangka Umum Karya Ilmiah

      Pola dasar karya ilmiah secara umum paling sedikit berisikan bagian-bagian yang sudah baku, yaitu pengenalan, batang tubuh, dan kepustakaan (Rifai 1998:61-62). Dalam bahasa yang sederhana ketiga bagian tersebut dapat juga disebut dengan istilah bagian awal, bagian tengah, dan bagain akhir. Inti karya ilmiah ada pada bagian batang tubuh atau bagian tengah, sehingga secara profesional bagian tengahlah yang paling panjang uraiannya.

      Isi untuk masing-masing bagian berbeda-beda antara jenis karya ilmiah yang satu dan yang lain. Antara buku dan makalah, misalnya, isi pengenalannya lebih panjang buku. Demikian juga dengan jenis karya ilmiah yang lain. Berikut diuraikan ketiga bagian tersebut secara lebih terperinci.

Pengenalan

      Bagian pengenalan berisi hal-hal yang bersifat informatif tentang karya ilmiah tersebut. Ada dua jenis bagian pengenalan, yaitu yang bersifat umum – ada pada semua jenis karya ilmiah, dan bersifat khusus, hanya dimiliki jenis karya ilmiah tertentu. Secara lengkap bagian pengenalan untuk masing-masing bentuk karangan dapat dilihat pada uraian berikut.

Buku     Judul

      Nama penulis

      Nama penerbit dan tahun terbit

      Identitas buku

      Kata pengantar

      Daftar isi

Makalah     Judul

      Nama penulis

Artikel     Judul

      Nama penulis

      Abstrak

      Kata kunci

Kertas kerja    Judul

      Nama penulis

Skripsi, tesis, disertasi  Judul

      Nama penulis

      Nama perguruan tinggi

      Halaman persetujuan

      Halaman pengesahan

      Halaman motto dan persembahan

      Abstrak

      Kata pengantar

      Daftar isi

Laporan penelitian   Judul

      Nama penulis

      Nama lembaga

      Lembar pengesahan

      Abstrak

      Daftar tabel dan lampiran

      Kata pengantar

      Daftar isi

      Beberapa istilah dalam bagian pengenalan yang perlu dijelaskan di sini adalah judul, nama penulis, abstrak, dan kata kunci.

      Judul adalah identitas tulisan yang utama, syarat judul karya ilmiah yang baik dibicarakan pada langkah-langkah penulisan karya ilmiah.

      Dalam baris kepemilikan biasanya dituliskan nama penulis beserta nama lembaganya. Dalam menulis nama penulis hendaknya ditanggalkan pangkat, kedudukan, dan gelar akademik. Jika karangan ditulis lebih dari satu orang semua penulis harus dicantumkan, tidak boleh hanya ditulis satu orang dan disertai dkk. atau et al. Pangkat, kedudukan, dan gelar dapat dicantumkan dalam catatan kaki atau lampiran jika ada biografi pengarang.

      Abstrak adalah ringkasan tulisan. Dengan membaca abstrak orang akan tahu isi secara singkat karya ilmiah tersebut. Oleh karena itu dalam abstrak harus tercakupi seluruh bagian isi karangan, dari pendahuluan sampai penutup (ada alasan, permasalahan, kajian, pustaka, motode, hasil dan pembahasan, serta simpulan – untuk karya ilmiah dari hasil penelitian – dan harus ada latar belakang, permasalahan, pembahasan, dan penutup – untuk karya ilmiah yang bersifat konseptual). Penekanan isi abstrak ada hasil pembahasan. Pada umumnya abstrak untuk artikel disajikan dalam satu paragraf dengan menggunakan tidak lebih dari 200 kata. Sedangkan abstrak untuk laporan penelitian, tugas akhir, dan skripsi dalam 4-6 paragraf sepanjang 1-2 halaman kuarto spasi tunggal.

      Kata kunci adalah kata-kata atau istilah yang dianggap penting dan mutlak harus diketahui pembaca dalam sebuah karya ilmiah. Biasanya kata kunci tidak lebih dari delapan kata.

Batang Tubuh

      Batang tubuh adalah isi karya ilmiah yang sebenarnya. Secara umum bagian batang tubuh terbagi menjadi tiga, yaitu bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup.

      Untuk karya ilmiah yang berbentuk buku, makalah, artikel, dan kertas kerja bagian pendahuluan setidaknya berisi latar belakang masalah dan rumusan masalah. Untuk karya ilmiah yang berbentuk skripsi, tesis, disertasi, dan laporan penelitian bagian pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika.

      Untuk karya ilmiah yang berbentuk buku, makalah, dan artikel konseptual bagian isi berisi persoalan-persoalan inti atau materi inti yang ingin disajikan. Untuk karya ilmiah yang berupa artikel penelitian, skripsi, tesis, disertasi dan laporan penelitian bagian isi berupa landasan teori, metodologi, hasil dan pembahasan. Landasan teori berisi teori-teori atau konsep-konsep yang dipergunakan dalam membahas masalah dalam karya ilmiah, bagian metodologi berisi pendekatan yang digunakan, metode, sasaran, populasi dan sampel, serta langkah-langkah analisis data, dan bagian hasil dan pembahasan berisi hasil kajian masalah yang diangkat.

      Untuk semua jenis karya ilmiah penutup berisi simpulan dan saran. Kasus untuk karya ilmiah yang diangkat dari gagasan/ide penulis disarankan untuk tidak menggunakan saran.

Bagian Kepustakaan

      Termasuk pada bagian ini adalah daftar pustaka dan lampiran-lampiran, seperti indeks dan biografi pengarang

E. Penalaran Karya Ilmiah

1. Penalaran, Pikiran, dan Bahasa

      Pengembangan penalaran tidak dapat dilepaskan dari pemikiran tentang bahasa dan pikiran. Jalan pikiran seseorang sangat terlihat dari bagaimana seseorang menggunakan bahasanya. Demikian juga, bahasa seseorang akan menunjukan bagaimana cara dia menggunakan pikiran atau bernalar.

Berkenaan dengan itu, peribahasa “bahasa menunjukan bangsa” merupakan bentuk penegasan bahwa cara berbahasa seseorang menunjukan jalan pikirannya. Bila bahasa yang digunakan tidak sistematis, merupakan pertanda jalan pikirannya juga tidak sistematis, demikian pula sebaliknya. Dengan kata lain, corak bahasa seseorang menunjukan pola penalarannya.

2. Jenis Penalaran

a. Penalaran Induktif

      Penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari hal-hal khusus menuju sesuatu yang bersifat umum. Penalaran induktif dapat dilakukan dengan 3 cara yakni generalisasi, analogi, dan hubungan kausal (sebab akibat).

      Generalisasi atau perampatan adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik simpulan mengenai semua atau sebagian gejala atau peristiwa tersebut.

      Jenis penalaran induktif yang kedua adalah analogi induktif. Analogi induktif adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dugaaan, peristiwa, atau gejala khusus yang satu dengan lainnya memiliki kesamaan. Kesamaan karakteristik atau gejala dari dua hal yang dibandingkan menjadi titik tolak menarik simpulan. Apa yang berlaku pada satu hal akan berlaku pada hal lain karena kedua hal tersebut memiliki ciri-ciri pokok atau esensial yang sama.

      Jenis penalaran induktif yang ketiga adalah hubungan kausalitas (sebab akibat). Berdasarkan hukum kausalitas, semua kejadian yang ada di dunia ini terjadi berdasarkan hubungan sebab akibat. Kejadian tertentu merupakan akibat dari adanya kejadian lain. Kejadian yang menjadi akibat tersebut selanjutnya akan menjadi penyebab munculnya kejadian yang merupakan akibat dari kejadian tersebut. Demikian seterusnya, rangkaian hubungan sebab akibat tersebut terus berlangsung.

b. Penalaran Deduktif

      Induksi adalah generalisasi (perampatan), sebaliknya deduksi adalah spesifikasi (pengkhususan). Keduanya bekerja sama dalam penalaran, hal-hal khusus mengiring sebuah simpulan yang bersifat general, sebaliknya hal-hal yang bersifat umum mengiring sebuah kesimpulan yang lebih khusus (Guinn & Marder dalam Akhadiah 2001).

      Pola penalaran deduktif dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu silogisme dan entimem. Silogisme adalah suatu proses penalaran yang menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang bersifat umum dan berlainan untuk menarik sebuah simpulan yang merupakan proposisi ketiga yang bersifat khusus. Proposisi ketiga yang merupakan simpulan bersifat khusus dari proposisi pertama dan kedua yang bersifat umum dapat dibuktikan kebenarannya melalui kebenaran proposisi pertama dan kedua. Sebaliknya proposisi ketiga juga dapat ditolak kerena penolakan terhadap salah satu atau kedua proposisi umum yang menjadi dasar penyimpulan (Keraf 1982).

      Silogisme terdiri atas tiga bagian yakni premis mayor, premis minor, dan simpulan. Yang dimaksud premis adalah pernyataan yang menjadi dasar argmentasi terhadap sebuah simpulan (Akhadiah 2001).

      Sedangkan yang dimaksud entimem adalah ketika premis mayor dan premis minor tidak diungkapkan secara jelas tetapi langsung menempatkan pada simpulan. Untuk mengecek kebenaran sebuah entimem harus dikembalikan pada silogisme asal yang lengkap dan menggunakan prinsip-prinsip silogisme.

c. Salah Nalar

      Salah nalar adalah kekeliruan dalam proses berpikir karena keliru menafsirkan atau menarik simpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi karena faktor emosional, kecerobohan atau ketidaktahuan (suparno dan Yunus 2003:1.47).

Secara garis besar, salah nalar dapat dikelompokan menjadi lima, yakni :

  1. Generalisasi yang terlalu luas, disebabkan oleh kurangnya data yang menjadi dasar generalisasi (penyimpulan).
  2. Kerancuan analogi, merupakan salah nalar yang terjadi karena penggunaan analogi yang tidak tepat.
  3. Kekeliruan kausalitas, merupakan salah nalar yang terjadi akibat kekeliruan menentukan gejala atau peristiwa yang menjadi sebab atau akibat.
  4. Kesalahan relevansi, merupakan jenis salah nalar yang terjadi sebagai akibat jika bukti, peristiwa, atau alasan yang diajukan tidak berhubungan atau menunjang simpulan.
  5. Penyandaran pada prestise seseorang tanpa memperhatikan keahlian seseorang, jenis pernyataan, serta kebenaran pernyataan yang menjadi sandaran.