Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ketauladanan dari Abizar al Ghifari

Daftar Isi [Tampilkan]

Sebelum masuk Islam 

Tidak diketahui pasti kapan Abizar lahir. Sejarah hanya mencatat ia lahir dan tinggal dekat jalur kafilah Mekah, syiria, riwayat hitam masa lalu abizar tidak lepas dari keberadaan keluarganya. 

Abizar yang dibesarkan ditengah-tengah keluarga perampok besar alghiffar saat itu. Menjadikan aksi kekerasan dan terror untuk mencapai tujuan sebagai profesi keseharian. Itu sebabnya Abizar yang semula bernama Jundab, juga dikenal sebagai perampok besar yang sering melakukan aksi terror dinegeri-negeri sekitarnya.

Kendati demikian Jundap pada dasarnya berhati baik, kerusakan dan derita korban yang disebabkan oleh aksinya kemudian menjadi titik balik dalam perjalanan hidupnya, insaf dan berhenti dari aksi jahatnya tersebut bahkan tak saja ia menyesali segala perbuatan jahatnya itu, tapi juga mengajak temen-temannya mengikuti jejaknya. 

Tindakannya itu menimbulkan amarah besar sukunya, yang memaksa Jundab meninggalkan tanah kelahirannya. 

Bersama ibu dan saudara lelakinya, Anis al Ghiffar, Abizar hijrah ke Najed atas, Arab Saudi. Ini merupakan hijrah Abizar pertama dalam mencari kebenaran. Di Nejed atas, Abizar tak lama tinggal. Sekalipun banyak ide-idenya dianggap revolusioner sehingga tak jarang mendapat tantangan dari masyarakat setempat. 

Masuk Islam

Mendengar datangnya agama Islam, Abizar pun berfikir tentang agama baru ini. Saat itu, ajaran nabi Muhammad itu, telah mulai mengguncang kota mekah dan membangkitkan gelombang kemarahan di seluruh jazirah Arab. 

Abizar yang telah lama merindukan kebenaran, langsung tertarik kepada Rasulullah saw dan ingin bertemu dengan beliau. la pergi ke Mekkah, dan sekali-kali mengunjungi Ka'bah. Sebulan lebih lamanya, ia mempelajari dengan seksama perbuatan dan ajaran Nabi saw. Waktu itu masyarakat kota mekah dalam suasana saling bermusuhan. 

Demikian halnya dengan Ka'bah yang masih dipenuhi berhala dan masih dikunjungi para penyembah berhala dari suku Quraisy sehingga menjadi tempat pertemuan yang popular. Nabi juga datang kesana untuk salat. 

Seperti yang diharapkan sejak lama Abizar berkesempatan bertemu dengan nabi, dan pada saat itulah ia memeluk agama Islam. Dan kemudian menjadi salah seorang pejuang paling gigih dan berani. 

Bahkan sebelum masuk Islam, ia sudah mulai menentang pemujaan berhala. Dia berkata “saya sudah terbiasa sembahyang sejak tiga tahun sebelum mendapat kehormatan melihat Nabi besar Islam." Sejak saat itu, Abizar membaktikan dirinya kepada agama Islam. 

Menjadi sahabat Nabi

Mendapat kepercayaan Nabi saw. Abizar ditugaskan mengajarkan Islam di kalangan sukunya. Meskipun tak sedikit rintangan yang dihadapinya, misi Abizar tergolong sukses. Bukan hanya ibu dan saudara saudaranya, hampir seluruh sukunya yang suka merampok berhasil di Islamkan. Itu pula yang mencatatkan dirinya sebagai salang seorang penyiar Islam fase pertama dan terkemuka. 

Rasulullah sendiri sangat menghargainya, ketika dia meninggalkan Madinah untuk terjun dalam "perang pakaian compang-camping", dia diangkat sebagai imam dan administrator kota itu. Saat akan meninggal dunia, Nabi memenggil Abizar, sambil memeluknya, Rasulullah berkata : " Abizar akan tetap sama sepanjang hidupnya". Ucapan Nabi ternyata benar, Abizar tetap dalam kesederhanaan dan sangat saleh. 

Seumur hidupnya la mencela sikap hidup kaum kapitalis, terutama pada masa khalifah ketiga, Usman bin Affan, ketika kaum Quraisy hidup dalam gelimangan harta. Bagi Abizar, masalah prinsip adalah masalah yang tak bisa ditawar-tawar. Itu sebabnya hartawan yang dermawan ini gigih mempertahankan prinsip egaliter Islam.

Penafsirannya mengenai "ayat kanz" ( tentang pemusatan kekayaan ), dalam surat at Taubah, menimbulkan pertentangan pada masa pemerintahan Utsman khalifah ketiga. 

Mereka yang suka sekali menumpuk emas dan perak dan tidak memnfaatkannya di jalan Allah, beritahukan mereka bahwa hukuman yang sangat mengerikan akan mereka terima. Pada saat itu, kening dan punggung mereka akan dicap dengan emas dan perak yang dibakar sampai merah, panasnya sangat tinggi, dan tertulis : inilah apa yang telah engkau kumpulkan untuk keuntunganmu. Sekarang rasakan hasil yang telah engkau himpun"

Pelayan dhuafa dan pelurus penguasa

Semasa hidupnya, Abizar Al-Ghifari sangat dikenal sebagai penyayang kaum dhuafa. Kepedulian terhadap golongan kafir ini bahkan menjadi sikap hidup dan kepribadian Abizar. Sudah menjadi kebiasaan penduduk Ghiffar pada masa jahiliyah merampok kafllah yang lewat. 

Abizar sendiri, ketika belum masuk Islam, kerap kali merampok orang-orang kaya. Namun hasilnya dibagi-bagikan kepada kaum dhuafa. Kebiasan itu berhenti begitu menyatakan diri masuk agama terakhir ini.

Prinsip hidup sederhana dan peduli terhadap kaum miskin itu tetap ia pegang di tempat barunya, Syiria. Namun di tempat baru ini, ia menyaksikan gubernur Muawiyah hidup bermewah-mewah. la malah memusatkan kekuasaan dengan bantuan kelas yang mendapat hak istimewa, dan dengan itu mereka telah menumpuk harta secara besar-besaran. 

Ajaran egaliter abizar membangkitkan massa melawan penguasa dan kaum borjuis itu. Keteguhan prinsipnya itu membuat Abizar sebagai duri dalam daging bagi penguasa setempat. 

Ketika Muawiyah membangun istana hijaunya, al khizra, salah satu ahlus shuffah (sahabat nabi yang tinggal di serambi Mekah ) ini mengkritik kholifah. Kalau anda membangun istana ini dari uang Negara, berarti anda telah menyalahgunakan uang Negara. Kalau anda membangunnnya dengan uang anda sendiri, berarti anda melakukan israf ( pemborosan ). Muawiyah hanya terpesona dan tidak menjawab pertanyaan itu. 

Muawiyah berusaha keras agar Abizar tidak meneruskan ajarannya, tetapi penganjur egaliterisme itu tetap pada prinsipnya. Muawiyah kemudian mengatur sebuah diskusi antara Abizar dan ahli-ahli agama. Sayang, pendapat para ahli itu tidak mempengaruhinya. Muawiyah melarang rakyat berhubungan atau mendengarkan pengajaran salah satu sahabat yang ikut dalam penaklukan Mesir, Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab ini, kendati demikian rakyat tetap berduyun-duyun meminta nasehatnya.

Akhirnya Muawiyah mengadu kepada kholifah Utsman. la mengatakan bahwa Abizar mengajarkan kebencian kelas di Syiria, hal yang dianggapnya dapat membawa akibat yang serius. 

Keberanian dan ketegasan sikap Abizar ini mengilhami tokoh-tokoh besar selanjutnya seperti Hasan Basri, Ahmad Bin Hambal, Ibnu Taimiyah, dan lainnya. karena itulah tak berlebihan jika sahabat Ali RA pernah berkata, saat ini tidak ada seorangpun didunia kecuali Abizar, yang tidak takut kepada semburan tuduhan yang diucapkan oleh penjahat agama, bahkan saya sendiripun bukan yang terkecuali.