Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Al Hadi dan Meneladani Allah dengan Sifat Al Hadi

Daftar Isi [Tampilkan]

Arti al Hadi

Secara etimologi kata al-Hadi artinya diambil dari akar kata hadaya, yaitu huruf ha, dal dan ya. Ia dapat diartikan dengan penunjuk jalan karena ia selalu berada di depan memberi petunjuk. Tongkat bagi orang-orang tertentu misalnya orang buta dapat dikatakan sebagai al Hadi karena ia digunakan mendahului kakinya sebagai petunjuk kemana kaki harus melangkah. 

Selain itu al-Hadi juga dapat berarti menyampaikan dengan lembut. Dari makna ini terlahir istilah hadiah karena hadiahnya biasanya disampaikan dengan kelembutan sebagai bentuk simpatik seseorang pada orang lain. Dari kata tersebut juga terlahir kata al-hadyu yang berarti binatang yang disembelih di baitullah sebagai persembahan. Dalam al Qur'an kata al-Hadi yang disertai dengan alif dan lam tidak ada. Kata yang ada Hadi tanpa alif dan lam sebanyak tiga kali seperti firman Allah Swt:

"Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus"

Allah Swt sebagai al Hadi adalah Allah Swt yang menganugerahkan petunjuk. Petunjuk Allah Swt kepada manusia bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan manusia itu sendiri.

Meneladani Allah dengan sifat al Hadi

a. Meyakini bahwa petunjuk Allah Swt banyak sekali

Di dalam kehidupan di dunia, manusia sangat membutuhkan petunjuk. Petunjuk yang dibutuhkan sangat banyak dan ia harus yakin bahwa Allah Swt memliki petunjuk-petunjuk itu. Agama mensyariatkan shalat hajat dan istikharah karena semata-mata manusia memerlukan eksistensi petunjukNya. Dengan demikian ketika seseorang melaksanakan shalat hajat atau istikharah, maka secara tidak langsung ia meminta petunjuk kepada Allah Swt Dzat yang memiliki petunjuk-petunjuk tersebut.

b. Meyakini bahwa agama merupakan petunjuk atau hidayah tertinggi

Allah Swt memberikan banyak hidayah atau kepada hambanya. Setidaknya ada empat petunjuk yang diberikan oleh Allah Swt kepada manusia.

Pertama, Naluri. Hal pertama yang diberikan oleh Allah Swt adalah naluri. Naluri merupakan dorongan yang diciptakan oleh Allah Swt kepada manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Seorang bayi yang terlahir ke dunia misalnya, dengan nalurinya langsung mencari air susu ibunya.

Kedua, panca indera. Allah Swt memberikan panca indera kepada manusia agar dengan panca indera mereka dapat eksis di muka bumi ini. Hanya saja banyak orang yang tertipu dengan panca inderanya, misalnya ketika seseorang di malam hari melihat bintang-bintang yang kecil sekali padahal dalam realitasnya besar.

Ketiga, Akal. Akal diberikan oleh Allah Swt untuk meluruskan petunjuk panca indera. Dengan akal manusia mampu menyaring dan menyimpulkan seluruh informasi yang diberikan oleh panca indera.

Keempat, Agama. Meskipun akal berfungsi menyaring informasi tetapi kemampuan akal karena akal hanya bisa menelaah alam fisik saja. Dengan demikian diperlukan agama untuk menelaah bidang yang tidak dapat dijangkau oleh akal.

c. Memberikan petunjuk kepada orang lain dengan sungguh-sungguh dan tanpa pamrih

Bagi yang meneladani asmaul husna al Hadi, maka ia akan memberikan petunjuk kepada orang lain dengan sungguh-sungguh dan tanpa pamrih. Hal ini harus dilakukan karena Allah Swt dalam memberikan petunjuknya kepada manusia tanpa didasari pamrih. Dengan demikian orang yang memiliki ilmu berkewajiban menyampaikan ilmunya sebagai petunjuk untuk membawa orang dari kegelapan menuju cahaya Allah Swt.