Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Apa Itu Aniaya (Dzalim)? Pengertian dan Macamnya

Daftar Isi [Tampilkan]

Dalam ajaran Islam, Dzalim merupakan perilaku tercela yang harus dihindari setiap mukmin. Karena sesungguhnya perbuatan dzalim dapat merugikan pelakunya dalam kehidupan dunia ataupun akhirat.

Agar setiap mukmin tidak terjebak pada perbuatan dzalim, maka harus memahami salah satu sifat tercela ini (aniaya/dzalim), kemudian secara konsisten menjaga diri agar tidak terjerumus pada perbuatan dzalim.

Sebagai panduan dan panutan untuk menghindari perbuatan dzalim, maka pada halaman ini akan dibahas mengenai perilaku dzalim sebagai kesesatan yang harus dijauhi.

Pengertian Dzalim

Menurut ajaran Islam, Aniaya atau yang disebut Dzalim adalah berasal dari ( ظَلَمَ – يَظْلِمُ – ظُلْمً ) yang artinya aniaya. Pelakunya disebut Dzalim (ظَالِمٌ) dan perbuatannya disebut Dzulmun ( ظلم ). 

Ahli mauidzah mendefinisikan Dzalim adalah meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Dzalim adalah perbuatan dosa yang harus ditinggalkan. Karena Tindakan aniaya akan dapat merusak kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.

Tindakan aniaya digolongkan sebagai perbuatan yang menyesatkan dan menyengsarakan. Karena itu orang-orang musyrik pun oleh Al Quran dianggap melakukan kedzaliman. Karena sesungguhnya segala perbuatan yang bertentangan dengan kebenaran akan membawa madzarat bagi diri pelakunya.

Berkaitan dengan istilah Dzalim, Ar-Razi memberikan 10 penafsiran sebagai berikut:

  1. Dzalim adalah orang yang lebih banyak kesalahannya,
  2. Dzalim adalah sesuatu yang kulitnya lebih bagus daripada isinya,
  3. Dzalim adalah orang yang bertauhid dengan lidah, tetapi berbeda dengan sepak terjang hidupnya.
  4. Dzalim adalah orang yang berbuat dosa besar.
  5. Dzalim adalah orang yang membaca Al-Qur'an dengan tidak mau mempelajari isinya, apalagi mengamalkannya.
  6. Dzalim adalah orang yang jahil.
  7. Dzalim adalah orang-orang yang masy'amah. (berputus asa),
  8. Dzalim adalah orang yang setelah dihisab masuk ke neraka.
  9. Dzalim adalah orang yang tidak mau berhenti berbuat maksiat.
  10. Dzalim adalah orang yang mengambil Al-qur'an, tetapi tidak mengamalkannya,

Macam-macam Dzalim

Ali Ibn Abi Thalib r.a., sebagai khalifah keempat dan terakhir dari al khulafa' al Rasyidin menyatakan. Ketahuilah bahwa kedzaliman itu ada tiga macam :

1. Kedzaliman Terhadap Allah [Syirik]

Syirik merupakan pandangan dan kepercayaan yang mengingkari bahwa Tuhan adalah Maha Esa dan Maha Kuasa. Jika tidak maha Esa, maka berarti ada lebih dari satu Tuhan. Jadi harus ada “Tuhan” selain Allah, Tuhan Yang Maha Es aitu sendiri.

Lalu konsekuensinya, berarti Tuhan yang lain tentu berasal dari kalangan makhluk ciptaan Tuhan yang Maha Esa, termasuk sesama manusia. Akibatnya ialah bahwa manusia yang musyrik itu mengangkat dan mengagungkan sesama alam atau sesama manusia lebih dari semestinya.

Kepercayaan itu dalam antropologi budaya, dikenal sebagai system mitologis yaitu pandangan yang tidak benar kepada alam sekitar atau manusia (misalnya, Raja yang dianggap keturunan dewa, dan lain-lain), pandangan yang tidak sejalan dengan sunnatullah dan takdir untuk ciptaan-Nya disebut sebagai kedzaliman.

Karena syirik mempunyai makna menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya dan berdampak merendahkan harkat dan martabat manusia. Pada hal ini manusia adalah puncak dari ciptaan Tuhan.

Apabila orang memandang bahwa Tuhan tidak kuasa, sehingga Tuhan memerlukan “pembantu-pembantu” yang harus disembah dan yang akan menolong mendekat kepada-Nya, maka hal ini merupakan kedzaliman.

Sebab praktek penyembahan di bawah alam atau sesame manusia. Karena itu perilaku syirik tidak akan diampuni oleh Allah. Coba perhatikan firman-firman Allah berikut ini:

﴿ وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ ﴾

13. (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat dia menasihatinya, “Wahai anakku, janganlah mempersekutukan Allah! Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman:13)

﴿ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰٓى اِثْمًا عَظِيْمًا ﴾

48. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), tetapi Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Siapa pun yang mempersekutukan Allah sungguh telah berbuat dosa yang sangat besar. (QS. An Nisa’ : 48)

﴿ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا ﴾

116. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), tetapi Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Siapa pun yang mempersekutukan Allah sungguh telah tersesat jauh. (QS. An Nisa’ : 116)

2. Kedzaliman Terhadap Diri Sendiri

Sebagian besar manusia memiliki kebiasaan untuk melakukan perbuatan yang dikelompokan sebagai dosa kecil, baik dengan sengaja atau pun tidak. Padahal sesungguhnya perilaku dosa sekecil apapun merupakan kedzaliman yang harus ditinggalkan. Walaupun dalam kenyataannya manusia memang tidak mungkin bebas sama sekali dari kesalahan. 

Sebagaimana ungkapan dari Bahasa Arab: "Al-insan mahall al-khata; wa al-nisyan (Manusia adalah tempat alpa dan lupa). Oleh karena itu, kita harus selalu beristigfar dan berdoa agar Allah mengampuni segala perbuatan yang dilakukaan akibat lupa atau alpa yang menjadi tabiat manusia.

Sebagai orang yang meyakini kebenaran ajaran agama, sudah barang tentu mau menerima dan menghayati konsep pahala dan dosa. Menurut ajaran Islam, perbuatan baik yang dilakukan seorang muslim sebagai "medium" untuk mendekatkan diri [taqarrub] kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah

﴿ قُلْ اِنَّمَآ اَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰٓى اِلَيَّ اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا ࣖ ﴾

110.  Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya hendaklah melakukan amal saleh dan tidak menjadikan apa dan siapa pun sebagai sekutu dalam beribadah kepada Tuhannya. (QS. Al Kahf:110)

Dzalim yang terampuni dan tidak dituntut ialah kedzaliman atas dirinya yang menyangkut dosa kecil.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abu Darda’ bersabda yang artinya:

Artinya: Dari Abu Darda', dia berkata, "Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Allah swt. berfirman, 'Kemudian Kitab ini Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu diantara mereka ada yang mendzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah'. Adapun orang-orang yang lebih dahulu berbuat kebaikan, mereka adalah orang-orang yang akan masuk surga tanpa hisab. Orang yang pertengahan, mereka adalah orang-orang yang (akan masuk surga) dihisap dengan hisab yang ringan. Orang yang mendzalimi diri sendiri, mereka adalah orang-orang yang dihisab dalam lamanya mahsyar. Kemudian, kerugian mereka itu diganti oleh Allah dengan rahmatNya. Maka merekapun berkata, 'Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun, Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal karena karunia-Nya. Didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu'." (HR. Ahmad No. 20734)

3. Kedzaliman Terhadap Sesama Manusia

Karena kedzaliman antar sesama manusia akan berdampak pada rusaknya seluruh masyarakat. Maka setiap orang berkewajiban mencegah kedhaliman di masyarakat.

Orang yang dzalim pada umumnya senantiasa bersikap kasar, bermusuhan dan suka menyakiti perasaan orang lain karena dengan tabiat buruk yang dimilikinya. Seorang yang dzalim suka mengumbar lidah dengan bergunjing, namimah, dan memfitnah. 

Mereka selalu mengabaikan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Senantiasa memutar balikkan fakta sehingga membingungkan masyarakat.

Menyampaikan pesan kebathilan, dan mengarahkan untuk mengabaikan nilai-nilai moral. Sebab dengan cara itu orang dhalim mendapatkan kesenangan dan kepuasan.

Salah satu sifat orang dzalim adalah bahwa ketika dia bergaul dengan orang lain, maka orang lain merasa tidak nyaman bersamanya. Jika dia tidak menyukai suatu hal, maka dia melakukan tindakan menurut caranya sendiri tanpa mempedulikan orang lain. 

Orang seperti ini tidak memiliki kebaikan dalam dirinya, sehingga akan membawa kerusakan bagi kehidupan pribadi dan masyarakat dimana dia berada. Tatanan kehidupan manjadi kacau balau, karena orang dzalim selalu mengaburkan tatanan yang benar dan menggantikan dengan tatanan kehidupan yang memuaskan nafsunya.

Setiap manusia harus menyadari bahwa kesempatan hidupnya hanya sekali. Kesempatan yang tidak berulang ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya bagi kehidupan pribadi dan sosial. 

Di sinilah perlunya manusia harus meninggalkan kedhaliman terhadap sesamanya. Berusaha mencari kemaslahatan hidup dengan cara memaknai hidupnya dengan amal salih. Bukan sebaliknya malah menjadi penggerak dan biang kerok dari kemungkaran yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

Rasulullah saw. bersabda bahwa: "sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat (bagi manusia lain". 

Maka setiap manusia harus berusaha untuk dapat memberikan pertolongan terhadap sesamanya, menghapus air mata kesedihan dan penderitaan orang lain, menolong orang yang mengalami musibah, menyelamatkan orang yang ditimpa bencana, membantu orang yang tidak punya, menolong orang yang teraniaya, menyadarkan orang dari kekeliruan, mengentaskan kemiskinan, menunjukkan jalan keselamatan bagi yang sesat, mengajari orang yang bodoh dan rendah akhlaknya, menyingkirkan bahaya yang dapat menyengsarakan orang banyak.