Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Klasifikasi Makhluk Hidup : Pengertian, Tujuan dan Sistem Klasifikasi

Daftar Isi [Tampilkan]

Pengertian dan Tujuan Klasifikasi

Klasifikasi adalah pengelompokkan makhluk hidup yang dilakukan sedemikian rupa berdasarkan persamaan dan perbedaan yang dimilikinya. Klasifikasi bertujuan memudahkan pengenalan suatu makhluk hidup sehingga untuk selanjutnya bisa diambil manfaatnya.

Klasifikasi yang dilakukan oleh para ahli Biologi bertujuan untuk :
  1. Mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup untuk membedakan tipe-tipe jenis, agar mudah dikenal.
  2. Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan ciri-cirinya
  3. Mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk hidup
  4. Mengetahui evolusi makhluk hidup atas dasar kekerabatannya
Dasar dan kriteria klasifikasi makhluk hidup antara lain :
  1. Berdasarkan kegunaannya, misalnya tumbuhan yang berguna untuk obat, sandang, pangan, hiasan, atau hewan yang dapat menghasilkan daging atau susu
  2. Berdasarkan lingkungan hidup, misalnya tumbuhan air, tumbuhan darat, tumbuhan dataran tinggi, dan tumbuhan dataran rendah.
  3. Berdasarkan tempat hidupnya, misalnya tumbuhan yang menempel tumbuhan lain (anggrek), atau hewan yang hidup dalam tanah, air, atau pohon.
  4. Berdasarkan ukuran tubuhnya, misalnya hewan besar (kambing, gajah, sapi, badak) serta hewan kecil (serangga dan cacing)

Sistem Klasifikasi

1. Sistem Artifisial (Buatan)

Sistem artifisial adalah klasifikasi yang menggunakan satu atau dua ciri pada makhluk hidup. Sistem ini disusun dengan menggunakan ciri-ciri atau sifat-sifat yang sesuai dengan kehendak manusia, atau sifat lainnya. Misalnya klasifikasi tumbuhan dapat menggunakan dasar habitat (tempat hidup), habitus atau berdasarkan perawakan (berupa pohon, perdu, semak)

Tokoh sistem artifisial antara lain Aristoteles yang membagi makhluk hidup menjadi dua kelompok, yaitu tumbuhan (plantae) dan hewan (animalia). Aristoteles membagi tumbuhan menjadi kelompok pohon, perdu, semak, terna, serta memanjat. Tokoh lainnya adalah Corolus Linnaeus yang mengelompokkan tumbuhan berdasarkan alat reproduksinya.

2. Sistem Alam / Natural

Klasifikasi sistem alam didasarkan pada banyak sedikitnya persamaan sifat-sifat morfologi (bagian permukaan tubuh paling luar). Contoh hewan berkaki empat (kuda, kerbau, dan sapi), tumbuhan berbunga tanpa melihat perawakannya (jambu, melati, dan pepaya).

Klasifikasi sistem alami dirintis oleh Michael Adams dan Jean Baptiste de Lamarck. Sistem ini menghendaki terbentuknya kelompok-kelompok takson yang alami. Artinya anggota-anggota yang membentuk unit takson terjadi secara alamiah atau sewajarnya seperti yang dikehendaki oleh alam.

3. Sistem Filogenetik

Sistem filogenetik didasarkan pada jauh dekatnya kekerabatan yang mencerminkan urutan perkembangan antara satu tingkatan (takson) dengan tingkatan yang lainnya. Makin banyak persamaan maka makin dekat kekerabatannya dan makin sedikit persamaan, maka makin jauh kekerabatannya.
Contoh:
  1. Tanaman singkong, karet, serta tanaman jarak, ketiganya menghasilkan getah sehingga dimasukkan ke dalam suku (famili) yang sama yaitu Euphorbiaceae.
  2. Ikan hiu dan ikan pari dimasukkan ke dalam kelompok Chondrihtyes karena tubuhnya disusun oleh tulan rawan.

4. Tata Nama Makhluk Hidup

Nama ilmiah makhluk hidup digunakan sebagai alat komunikasi ilmiah seluruh dunia. Usaha pemeberian nama ilmiah makhluk hidup yang dirintis oleh para ilmuwan, akhirnya melahirkan sistem tata nama binomial nomenklatur (tata nama biner) yang meliputi ketentuan pemberian nama takson jenis.

Tata nama binomial (binomial berarti ‘dua nama’) merupakan aturan penamaan baku bagi semua organisme (makhluk hidup) yang terdiri dari dua kata dari sistem taksonomi (biologi), dengan mengambil nama genus dan nama spesies.

Aturan penulisan nama ilmiah :

  1. Aturan penulisan dalam tata nama binomial selalu menempatkan nama (“epitet” dari epithet) genus di awal dan nama (“epitet”) spesies mengikutinya.
  2. Nama genus selalu diawali dengan huruf kapital (huruf besar, contoh : Oryza) dan nama spesies selalu diawali dengan huruf biasa (huruf kecil, contoh : sativa)
  3. Nama lengkap (untuk hewan) atau singkatan (untuk tumbuhan) dari deskriptor boleh diberikan dibelakang nama spesies, dan ditulis dengan huruf tegak (latin) atau tanpa garis bawah (jika tulis tangan). Jika suatu spesies digolongkan dalam genus yang berbeda dari yang berlaku sekarang, nama deskriptor ditulis dalam tanda kurung. Contoh : Glycine max Merr., Passer domesticus (Linnaeus, 1978) – yang terakhir semula dimasukkan dalam genus Fringilla, sehingga diberi tanda kurung (parentesis).
  4. Nama ilmiah ditulis lengkap apabila disebutkan pertama kali. Penyebutan selanjutnya cukup dengan mengambil huruf awal nama genus dan diberi titik lalu nama spesies secara lengkap. Contoh: tumbuhan dengan bunga terbesar ditemukan di hutan-hutan Bengkulu, yang dikenal sebagai padma raksasa (Rafflesia arnoldii). Di Pulau Jawa ditemukan pula kerabatnya, yang dikenal sebagai R. patma, dengan ukuran bunga yang lebih kecil.
  5. Terdiri dari dua suku kata.
  6. Nama ilmiah ditulis dengan huruf miring (huruf italik), dan sebaliknya. Contoh : Glycine soja, Pavo muticus.
  7. Pada teks tulisan tangan nama ilmiah diberi garis bawah yang terpisah untuk nama genus dan nama spesies.

5. Kunci Determinasi

Kunci determinasi digunakan untuk menentukan penempatan suatu makhluk hidup ke dalam makhluk hidup tertentu. Untuk menggunakan kunci determinasi terlebih dahulu harus mengidentifikasi ciri khas yang dimiliki misal bentuk, warna, rasa, bahkan zat tertentu yang dihasilkan.