Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Makalah Kesuburan Tanah Dan Teknik Pemupukan

Daftar Isi [Tampilkan]

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG 

Tanah merupakan akumulasi tubuh alam bebas, yang menduduki sebagian besar permukaan bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasadhidup yang bertindak terhadap bahan induk dan keadaan relief tertentu dalam jangka waktu tertentu pula.

Tanah merupakan faktor terpenting dalam tumbuhnya tanaman dalam suatu sistem pertamanan, pertumbuhan suatu jenis dipengaruhi beberapa faktor salah satunya adlah ketersediaan unsur hara, baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Tanah sebagai medium pertumbuhan tanaman berfungsi pula sebagai pemasok unsur hara, dan tanah secara alami memiliki tingkat ketahanan yang sangat beragam sebagai medium tumbuh tanah.

Kesuburan tanah ditentukan oleh keadaan fisika, kimia dan biologi tanah. Keadaan fisika tanah meliputi kedalaman efektif, tekstur, struktur, kelembaban dan tata udara dalam tanah. Keadaan kimia pada tanah meliputi reaksi tanah (pH tanah), KTK. Kejenuhan basa, bahan organik, banyaknya unsur hara, cadangan unsur hara dan ketersediaan terhadap pertumbuhan tanaman. Sedangkan biologi tanah meliputi aktivitas mikroba perombak bahan organik dalam proses humifikasi dan pengikatan nitrogen udara.

Unsur hara tanah tidak sepenuhnya cukup untuk pertumbuhan tanaman, karena unsur hara yang dibbutuhkan oleh tanaman berbeda beda, untuk memenuhi angka unsurhara yang diperlukan dapat dilakukan dengan pemberan pupuk sesuai dengan unsur hara yang diinginkan, pupuk juga memegang peran penting dalam pertumbuhan tanaman salah satu pupuk yang sering digunakan adalah pupuk urea, yang berfungsi sebai sumber nitrogen bagi tanaman.

B. RUMUSAN MASALAH 

  1. Apa yang dimaksud kesuburan tanah ?
  2. Apa saja indikator kesuburan tanah ?
  3. Bagaimana cara memperbaiki kesuburan tanah ?
  4. Bagaimana teknik pemupukan ?

C. TUJUAN 

  1. Mengetahui pengertian kesuburan tanah.
  2. Mengetahui indikator kesuburan tanah.
  3. Mengetahui cara memperbaiki kesuburan tanah.
  4. Mengetahui teknik pemupukan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesuburan Tanah

Kesuburan tanah merupakan mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi bagian tubuh tanah yang menjadi habitat akar-akar aktif tanaman. Ada akar yang berfungsi menyerap air dan larutan hara, dan ada yang berfungsi sebagai penjangkar tanaman. Kesuburan habitat akar dapat bersifat hakiki dari bagian tubuh tanah yang bersangkutan, dan/atau diimbas (induced) oleh keadaan bagian lain tubuh tanah dan/atau diciptakan oleh pengaruh anasir lain dari lahan, yaitubentuk muka lahan, iklim dan musim. Karena bukan sifat melainkan mutu maka kesuburan tanah tidak dapat diukur atau diamati, akan tetapi hanya dapat ditaksir (assessed).

Penaksirannya dapat didasarkan atas sifat-sifat dan kelakuan fisik, kimia dan biologi tanah yang terukur, yang terkorlasikan dengan keragaan (performance) tanaman menurut pengalaman atau hasil penelitian sebelumnya. Kesuburan tanah dapat juga ditaksir secara langsung berdasarkan keadaan tanaman yang teramati (bioessay). Hanya dengan cara penaksiran yang pertama dapat diketahui sebab-sebab yang menentukan kesuburan tanah. Dengan cara penaksiran kedua hanya dapat diungkapkan tanaggapan tanaman terhadap keadaan tanah yang dihadapinya.

Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menghasilkan bahan tanaman yang dipanen. Maka disebut pula daya menghasilkan bahan panen atau produktivitas. Ungkapan akhir kesuburan tanah ialah hasil panen, yang diukur dengan bobot bahan kering yang dipungut per satuan luas (biasanya hektar) dan per satuan waktu. Dengan menggunakan tahun sebagai satuan waktu untuk perhitungan hasil panen, dapat dicakup akibat variasi keadaan habitat akar tanaman karena musim (Schroeder, 1984).

Hasil panen besar dengan variasi musiman kecil menandakan kesuburan tanah tinggi, karena ini berarti tanah dapat ditanami sepanjang tahun dan setiap kali menghasilkan hasilpanen besar. Hasil panen besar akan tetapi hanya sekali setahun pada musim baik, menandakan kesuburan tanah tidak tinggi, karena pada musim yang lain tanah tidak dapat ditanami. Hal ini antara lain karena kekahatan (deficiency) lengas tanah, atau sebaliknya karena mengalami tumpat air (waterlogged), kadar garam larut air meningkat liwat batas, tanah menjadi sulit diolah untuk memperoleh struktur yang baik (luar biasa liat atau keras sekali) dan sebagainya.

Kesuburan tanah ditentukan oleh keadaan fisika, kimia dan biologi tanah sebagai berikut :

1. Kesuburan Fisika

Sifat fisik tanah yang terpenting adalah solum, tekstur, struktur, kadar air tanah, drainase dan porisitas tanah. Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara langsugung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang padat. Jumlah dan panjang akar pada tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah remah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah berstruktur berat. Hal ini disebabkan perkembangan akar pada tanah berstruktur ringan/remah lebih cepat per satuan waktu dibandingkan akar tanaman pada tanah kompak, sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada setiap pori-pori tanah yang memang tersedia banyak pada tanah remah. Selain itu akar memiliki kesempatan untuk bernafas secara maksimal pada tanah yang berpori, dibandiangkan pada tanah yang padat. Sebaliknya bagi tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah yang bertekstur halus seperti tanah berlempung tinggi, sulit mengembangkan akarnya karena sulit bagi akar untuk menyebar akibat rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman akan mengalami kesulitan untuk menembus struktur tanah yang padat, sehingga perakaran tidak berkembang dengan baik. Aktifitas akar tanaman dan organisme tanah merupakan salah satu faktor utama pembentuk agregat tanah (Anonim, 2010).

Tekstur tanah ditentukan di lapangan dengan cara melihat gejala konsistensi dan rasa perabaan menurut bagan alir dan di laboratorium dengan menguunakan metode-metode. Metode tersebut adalah metode pipet atau metode hidrometer (Elisa, 2002).Warna adalah petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Biasanya perbedaan warna permukaan tanah disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan organik. Semakin gelap warna tanah semakin tinggi kandungan bahan organiknya. Warna tanah dilapisan bawah yang kandungan bahan organiknya rendah lebih banyak dipengaruhi oleh jumlah kandungan dan bentuk senyawa besi (Fe). Di daerah yang mempunyai sistem drainase (serapan air) buruk, warnah tanahnya abu-abu karena ion besi yang terdapat di dalam tanah berbentuk Fe2+.

Komponen mineral dalam tanah terdiri dari campuran partikel-partikel yang secara individu berbeda ukurannya. Menurut ukuran partikelnya, komponen mineral dalam tanah dapat dibedakan menjadi tiga yaitu; Pasir, berukuran 50 mikron – 2 mm; Debu, berukuran 2 – 50 mikron dan Liat, berukuran dibawah 2 mikron. Tanah bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan airnya sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering. Tekstur tanah sangat berpengaruh pada proses pemupukan, terutama jika pupuk diberikan lewat tanah. Pemupukan pada tanah bertekstur pasir tentunya berbeda dengan tanah bertekstur lempung atau liat. Tanah bertekstur pasir memerlukan pupuk lebih besar karena unsur hara yang tersedia pada tanah berpasir lebih rendah. Disamping itu aplikasi pemupukannya juga berbeda karena pada tanah berpasir pupuk tidak bisa diberikan sekaligus karena akan segera hilang terbawa air atau menguap.

2. Kesuburan Kimia 

Sifat kimia tanah berhubungan erat dengan kegiatan pemupukan. Dengan mengetahui sifat kimia tanah akan didapat gambaran jenis dan jumlah pupuk yang dibutuhkan. Pengetahuan tentang sifat kimia tanah juga dapat membantu memberikan gambaran reaksi pupuk setelah ditebarkan ke tanah.
Sifat kimia tanah meliputi kadar unsur hara tanah, reaksi tanah (pH), kapasitas tukar kation tanah (KTK), kejenuhan basa (KB), dan kemasaman.

Salah satu sifat kimia tanah adalah keasaman atau pH (potensial of hidrogen), pH adalah nilai pada skala 0-14, yang menggambarkan jumlah relatif ion H+ terhadap ion OH- didalam larutan tanah. Larutan tanah disebut bereaksi asam jika nilai pH berada pada kisaran 0-6, artinya larutan tanah mengandung ion H+ lebih besar daripada ion OH-, sebaliknya jika jumlah ion H+ dalam larutan tanah lebih kecil dari pada ion OH- larutan tanah disebut bereaksi basa (alkali) atau miliki pH 8-14. Tanah bersifat asam karena berkurangnya kation Kalsium, Magnesium, Kalium dan Natrium. Unsur-unsur tersebut terbawa oleh aliran air kelapisan tanah yang lebih bawah atau hilang diserap oleh tanaman.

Kemasaman tanah merupakan hal yang biasa terjadi di wilayah-wilayah bercurah hujan tinggi yang menyebabkan tercucinya basa-basa dari kompleks jerapan dan hilang melalui air drainase. Pada keadaan basabasa habis tercuci, tinggallah kation Al dan H sebagai kation dominant yang menyebaabkan tanah bereaksi masam (Coleman dan Thomas, 1970). Di Indonesia pH tanah umumnya berkisar 3-9 tetapi untuk daerah rawa seeperti tanah gambut ditemukan pH dibawah 3 karena banyak mengandung asam sulfat sedangakan di daerah kering atau daerah dekat pantai pH tanah dapat mencapai di atas 9 karena banyak mengandung garam natrium. Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman, pada umumnya unsur hara mudah diserap oleh akar tanaman pada pH tanah netral 6-7, karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air. pH tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman. Pada tanah asam banyak ditemukan unsur alumunium yang selain bersifat racun juga mengikat phosphor, sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Pada tanah asam unsur-unsur mikro menjadi mudah larut sehingga ditemukan unsur mikro seperti Fe, Zn, Mn  dan Cu dalam jumlah yang terlalu besar, akibatnya juga menjadi racun bagi tanaman. pH tanah sangat mempengaruhi perkembangan mikroorganisme di dalam tanah. Pada pH 5.5 - 7 bakteri jamur pengurai organik dapat berkembang dengan baik Tindakan pemupukan tidak akan efektif apabila pH tanah diluar batas optimal. Pupuk yang telah ditebarkan tidak akan mampu diserap tanaman dalam jumlah yang diharapkan, karenanya pH tanah sangat penting untuk diketahui jika efisiensi pemupukan ingin dicapai. Pemilihan jenis pupuk tanpa mempertimbangkan pH tanah juga dapat memperburuk pH tanah. Derajat keasaman (pH) tanah sangat rendah dapat ditingkatkan dengan menebarkan kapur pertanian, sedangkan pH tanah yang terlalu tinggi dapat diturunkan dengan penambahan sulfur. Dapat disimpulkan, secara umum pH yang ideal bagi pertumbuhan tanaman adalah mendekati 6.5-7. Namun kenyataannya setiap jenis tanaman memiliki kesesuaian pH yang berbeda.

3. Kesuburan Biologi

Sifat biologi tanah meliputi bahan organik tanah, flora dan fauna tanah (khususnya mikroorganisme penting seperti bakteri, fungi dan Algae), interaksi mikroorganisme tanah dengan tanaman (simbiosa) dan polusi tanah. Tanah dikatakan subur bila mempunyai kandungan dan keragaman biologi yang tinggi. Berikut merupakan tabel jumlah maksimum biomassa dari organisme tanah pada tanah subur yang berada pada padang rumput : Kind of organism Abundance (no/m2 ) Biomass (g/m2 ) Bacteria 3 x 1014 300 Fungi 400 Protozoa 5 x 108 38 Nematodes 107 12 Earthworms and related forms 105 132 Mites 2 x 105 3 Springtails 5 x 104 5 Other invertebrates (snails, millipedes, etc) 2 x 103 36 From: B.N. Richards (1974) Introduction to the Soil Ecosystem Organisme (mikroorganisme) tanah penting dalam kesuburan tanah karena :
  1. Berperan dalam siklus energi 
  2. Berperan dalam siklus hara 
  3. Berperan dalam pembentukan agregat tanah 
  4. Menentukan kesehatan tanah (suppressive / conducive terhadap munculnya penyakit terutama penyakit tular tanah-soil borne pathogen) 

Unsur Hara Tanah 

1. Unsur Hara Sekunder
  1. Kalsium Kalsium adalah molekul bermuatan dominan positif pada hampir semua tanah kecuali tanah-tanah yang pH-nya sangat rendah. Pada tanah dengan pH diatas 4,8 kalsium biasanya ada dalam jumlah cukup untuk pertumbuhan tanaman. Pada tanah asam kalsium cenderung tercuci dan kalsium asli biasanya rendah. Dalam keadaan seperti ini tanah harus dikoreksi dengan cara menambahnya dengan kapur. 
  2. Magnesium Magnesium adalah molekul bermuatan positif seperti Ca yang mengalami defisiensi pada pH rendah. Di bawah kondisi asam Mg sangat larut dan dapat hilang karena tercuci. Bila tanah asam dikapur dengan material yang mengandung sedikit Mg dapat mengakibatkan defisiensi pada unsur ini. Bila pengapuran pada tanah yang sangat asam yang pH-nya di bawah 5,2 maka penggunaan kapur yang mengandung Mg sangat tepat. Magnesium dan kalium sangat bersaing untuk diserap tanaman. Tanaman yang tumbuh dalam tanah yang sangat tinggi kadar K-nya mungkin merangsang defisiensi Mg bila Mg tanah rendah.
  3. Sulfur Sulfur diambil oleh tanaman sebagai molekul sulfat bermuatan negatif (SO4 2- ). Berhubung ini adalah molekul bermuatan negatif atau anion, sulfat mungkin mudah tercuci dari tanah. Sebagian besar S namun demikian tidak tersedia dalam bentuk anion tetapi terikat kuat dalam bentuk bahan organik. Ketersediaan sulfur dikendalikan secara luas dalam jumlah dan laju dekomposisi bahan organik. Dalam kebanyakan tanah persediaan S yang cukup bagi pertumbuhan tanaman disuplai melalui proses dekomposisi dan hujan yang jatuh. Di tanah dengan suplai sulfur sedikit, defisiensi S mungkin bisa terjadi. Tanaman-tanaman sayuran biasanya memerlukan S dalam jumlah besar. Unsur S yang digunakan sebagai agen keasaman tanah sering sebagai sumber pupuk. 
2. Unsur Hara Mikro Beberapa unsur hara mikro seperti Mn, Zn, Fe, dan Cu mempunyai kesamaan. Karena pH meningkat, kelarutan unsur mikro menurun. Oleh karena itu defisiensi unsur-unsur ini umum terjadi pada pH tinggi. Bahkan ketika tumbuhan memperlihatkan defisiensi unsur-unsur ini mereka biasanya ada dalam tanah dalam jumlah yang cukup. Namun demikian mereka tidak tersedia bagi pertumbuhan karena kondisi yang tidak cocok, umumnya pH tinggi.

Penambahan pupuk mungkin tidak mengoreksi defisiensi, karena penambahan unsur hara akan dengan cepat menjadi tidak tersedia karena kondisi tanah. Ada dua cara untuk memecahkan masalah tersebut. Pertama adalah dengan pengasaman apabila terlalu alkalin. Cara yang lain adalah dengan menambah unsur hara dalam bentuk chelated, yaitu suatu bentuk unsur hara yang dilengkapi bahan yang meningkatkan kelarutan unsur hara dengan mengurangi derajat fiksasi oleh tanah mineral dan bahan organik. Di samping itu semua unsur mikro dapat diberikan lewat daun. Cara ini efektif untuk memenuhi kebutuhan hara mikro tanaman. Tetapi tidak menyelesaikan masalah tanahnya. Unsur hara mikro Mn kelarutannya tergantung pada kandungan air tanah. Di bawah kondisi air tergenang Mn menjadi sangat terlarut dan dapat bersifat racun. Biasanya ini terjadi pada pH di bawah 5.

Zn keberadaannya dalam tanah dipengaruhi oleh keasaman tanah. Defisiensi Zn biasanya terjadi pada pH moderate hingga tinggi dan lebih jelas bila kadar P tinggi. Defisiensi Zn terjadi pada pH 6-7 terutama bila pemupukan P berlebihan dan pada pemupukan bahan organik yang cukup intensif. Besi menjadi berkurang bagi tanaman bila pH-nya tinggi, sebagian besar Fe tidak larut dan tidak tersedia bagi tanaman. Untuk mengurangi pH dapat dengan menambah unsur S atau agen penambah asam yang lain. Kelarutan Copper (Cu) menurun bila pH meningkat. Oleh karena itu defisiensi Cu bisa terjadi pada kadar pH diatas 7,5. Sebaliknya, Mn, Zn, Fe dan Cu terikat kuat pada bahan organik. Karena kandungan bahan organik meningkat ketersediaan Cu menurun. Dalam tanah yang jumlah bahan organiknya tinggi, Cu bisa menjadi defisien bila pH tanah di bawah 5.

Tumbuhan tinggi menghendaki Mo dalam jumlah sangat kecil. Unsur ini dalam tanah bila pH tinggi dan menjadi defisien pada tanah berpasir asam. Defisiensi unsur ini sangat berbeda dibanding unsur hara mikro yang lain. Secara umum unsur Mo tanah adalah anion yang dapat dengan mudah tercuci dara tanah pasir. Mo sangat larut kadang-kadang terjadi pada tanah dengan pH moderat dan tekstur tanah halus, karena dalam batuan induknya kandungan Mo sangat rendah. Mo sangat esensial bagi fiksasi N oleh tanaman legumenosae dan tanaman ini sangat sensitif pada defisiensi Mo. Boron (Bo) ada dalam tanah sebagai molekul tak bermuatan yang terikat secara lemah pada berbagai bahan organik dan mineral dan mudah tercuci di tanah berpasir. Ketersediaan Bo dipengaruhi oleh pH tanah. Bila pH di atas 6,5 Bo tidak tersedia bagi tanaman.

Tanah pertanian jarang mengalami defisiensi Chlor (Cl). Kenyataanynya Cl sering menjadi masalah bila jumlahnya berlebihan. Terutama pada tanah alkalin dibanding pada tanah yang mengalami defisiensi. Fungsi Cl belum banyak diketahui, tetapi diduga berperan dalam kekeringan dan kebasahan tanaman. Defisiensi Cl bisa menyebabkan kepekaan tanaman terhadap penyakit.

3. Siklus Unsur Hara Tanah Unsur hara tidak dalam keadaan terkunci dalam satu bentuk simpanan saja, proses-proses alami secara periodik mengubahnya dari bentuk satu ke bentuk yang lain. Ini adalah proses transformasi biogeokimia berkesinambungan yang kita kenal dengan siklus unsur hara tanah. Unsur hara dalam tanah dapat dibedakan atau dikenali berdasarkan batuan asli dan mineral, larut atau diabsorbsi berupa ion-ion. Bentuk bimassa terdapat dalam jaringan makhluk hidup tumbuhan atau organisme tanah dan bentuk organik dalam jaringan mati yang berada dalam berbagai tahap pelapukan termasuk humus tanah. Akar tanaman dan organisme tanah mengekstrak unsur hara sebagai ion-ion organik sederhana yang dibebaskan melalui pelapukan batuan dan mineral dan bahan oeganik tanah.

Tumbuhan pada khususnya hanya dapat mengambil unsur hara dalam bentuk ion-ion anorganik sederhana. Ketika organisme mati jaringannya ditambahkan dalam bentuk bahan organik tanah dan beberapa diantaranya dibebaskan secara tiba-tiba oleh adanya sel yang rusak. Seluruh material itu segera memulai pelapukan. Sebagian bentuk yang tahan membentuk humus tanah yang melapuknya sangat lambat.

B. Indikator Kesuburan Tanah

1. Kapasitas Absorbsi

Kapasitas Absorbsi dihitung dengan milli equivalent, adalah kemampuan tanah untuk mengikat/ menarik suatu kation oleh partikel-partikel kolloid tanah (partikel kolloid itu terdiri dari liat dan organik), dan ini secara langsung mencerminkan kemampuan tanah melakukan aktifitas pertukaran hara dalam bentuk kation. Semakin tinggi nilai kapasitas absorbsi, maka tanah dikatakan kesuburannya semakin baik, yang biasanya susunan kationnya didominasi oleh unsur K (Kalium), Ca (Calsium) dan Mg (Magnesium), sehingga nilai pH tanah normal (berkisar 6,5).

2. Tingkat Kejenuhan 

Basa nilainya dalam bentuk persen, mencerminkan akumulasi susunan kation. Peningkatan nilai persen kejenuhan basa mencerminkan semakin tingginya kandungan basa-basa tanah pada posisi nilai pH tanah yang menyebabkan nilai kesuburan kimiawi optimal secara menyeluruh. Nilai kesuburan kimiawi secara sederhana dicermnkan oleh nilai pH, karena nilai pH akan mampu mempengaruhi dan mencerminkan aktifitas kimiawi sekaligus aktifitas biologis dan kondisi fisik di dalam tanah.

3. Kandungan Liat 

Kandungan liat, merupakan ukuran kandungan partikel kolloid tanah. Partikel dengan ukuran ini (kolloid) akan mempunyai luas permukaan dan ruang pori tinggi sehingga mempunyai kemampuan absorbsi juga tinggi serta diikuti kemampuan saling tukar yang tinggi pula diantara partikel kolloid. Kemampuan absorbsi ini bisa untuk air maupun zat hara, sehingga menjadi cermin peningkatan kesuburan tanah. Namun jika kandungan liat pada komposisi dominan atau tinggi menjadi tidak ideal untuk budidaya maupun pengolahan tanah. Kandungan liat yang tinggi menyebabkan perkolasi, inlfiltrasi, permeabilitas, aerasi tanah menjadi lebih rendah sehingga menyulitkan peredaran air dan udara.

4. Kandungan Bahan Organik 

Kandungan bahan organik yang cukup di dalam tanah dapat memperbaiki kondisi tanah agar tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan dalam pengolahan tanah. Berkaitan dengan pengolahan tanah, penambahan bahan organik akan meningkatkan kemampuannya untuk diolah pada lengas yang rendah. Di samping itu, penambahan bahan organik akan memperluas kisaran kadar lengas untuk dapat diolah dengan alat-alat dengan baik, tanpa banyak mengeluarkan energi akibat perubahan kelekatan tanah terhadap alat. Pada tanah yang bertekstur halus (lempungan), pada saat basah mempunyai kelekatan dan keliatan yang tinggi, sehingga sukar diolah (tanah berat), dengan tambahan bahan organik dapat meringankan pengolahan tanah. Pada tanah ini sering terjadi retak-retak yang berbahaya bagi perkembangan akar, maka dengan tambahan bahan organik kemudahan retak akan berkurang. Pada tanah pasiran yang semula tidak lekat, tidak liat, pada saat basah, dan gembur pada saat lembab dan kering, dengan tambahan bahan organik dapat menjadi agak lekat dan liat serta sedikit teguh, sehingga mudah diolah.

Kandungan BO merupakan indikator paling penting dan menjadi kunci dinamika kesuburan tanah. Bahan organik mempunyai peran yang multifungsi, yaitu mampu merubah sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah. Selain itu bahan organik juga mampu berperan mengaktifkan persenyawaan yang ditimbulkan dari dinamikanya sebagai ZPT (zat pengatur tumbuh), sumber Enzim (katalisator reaksi-reaksi persenyawaan dalam metabolisme kehidupan) dan Biocide (obat pembasmi penyakit dan hama dari bahan organik).

Bahan organik dikatakan mampu merubah sifat fisik tanah, karena kondisi fisik tanah yang keras/liat (pejal) akan dapat berubah menjadi tanah yang gembur oleh adanya bahan organik. Akibatnya porositas dan permeabilitas tanah semakin baik sehingga aerasi udara meningkat, ini bermanfaat untuk menghindari kejenuhan air yang menyebabkan kebusukan akar. Demikian pula bila kondisi sebaliknya, yaitu kondisi tanah yang lepas (sangat berpasir), maka fisik tanah dapat dibuat menjadi kompak, karena agregasi meningkat oleh adanya bahan organik. Ruang pori tanah juga meningkat, akibatnya kemampuan tanah dalam menyimpan air dan menyediakan ruang udara akan semakin proporsional (baik). Hal ni bermanfaat untuk menghindarkan tekanan kekeringan pada perakaran.

C. Perbaikan Kesuburan Tanah

Winarso (2005) menjelaskan bahwa pengukuran kualitas tanah merupakan dasar untuk penilaian keberlanjutan pengelolaan tanah yang dapat diandalkan untuk masa-masa yang akan datang, karena dapat dipakai sebagai alat untuk menilai pengaruh pengelolaan lahan. Pada umumnya proses degradasi tanah dalam sistem pertanian dapat disebabkan oleh erosi, pemadatan, penurunan ketersediaan hara atau penurunan kesuburan, kehilangan bahan organik tanah dan lain lain.
Urgensi peningkatan kesuburan tanah :
  1. Perkembangan produksi dan konsumsi kayu. 
  2. Kendala status kesuburan tanah 
  3. Pertimbangan ekonomis 
  4. Pendayagunaan tanah bagi usaha tani 
  5. Pengikisan sub-soil 
  6. Pencemaran lingkungan 
  7. Bencana Alam 
Aryantha (2002) menjelaskan ada tiga konsep untuk memperbaiki kesuburan tanah yaitu yang berwawasan lingkungan atau berkelanjutan adalah Low External Input Agriculture (LEIA) dan Low Ezternal Input Sustainable Agriculture (LEISA), dan pertanian modren yang tergantung dengan bahan kimia adalah High External Input Agriculture (HEIA).

LEIA adalah sistem yang memanfaatkan sumberdaya lokal yang sangat intensif dengan sedikit atau sama sekali tidak menggunakan masukan dari luar sehingga tidak terjadi kerusakan sumberdaya alam. Pendauran hara di dalam usahatani dengan sumber-sumber yang berasal dari luar usaha tani. Kegiatan ini berguna untuk menambahkan hara kepada tanah dari luar usaha tani. Bahan-bahan yang digunakan: sampah, kompos, limbah, dll. Pendauran hara di dalam usaha tani dengan sumber-sumber yang berasal dari usaha tani itu sendiri. Pendauran ini dapat dilewatkan dengan ternak atau pengembalian sisa-sisa biomassa hasil panen. Cara ini tidak menambahkan hara kepada tanah, tetapi hanya mengembalikan hara yang tidak terangkut ke luar bersama dengan hasil panen . Pendauran hara di dalam petak pertanaman. Kegiatan ini biasanya melibatkan tanaman legum (cover crop) untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan N pada tanaman pokok.

HEIA adalah sistem pertanian yang menggunakan masukan dari luar (secara berlebihan). Umumnya berupa bahan-bahan agrokimia konvensional yang memang disengaja dibuat untuk input produksi. Sistem ini sangat tergantung senyawa kimia sintetis (pupuk, pestisida, zat pengatur tumbuh). Dapat berpengaruh buruh pada keseimbangan lingkungan dan kesehatan manusia.

LEISA adalah Pertanian dengan masukan rendah tetapi mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam (tanah, air, tumbuhan dan hewan), manusia (tenaga, pengetahuan dan keterampilan) yang tersedia ditempat dan layak secara ekonomis, mantap secara ekologis, adil secara sosial dan sesuai dengan budaya lokal. Ciri-ciri sitem ini (a) berusaha mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal dengan mengkombinasikan berbagai komponen sistem usahatani (tanaman, hewan, tanah, air, iklim dan manusia) sehingga saling melengkapi dan memberikan efek sinergi yang luar biasa,(b) berusaha mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal dengan mengkombinasikan berbagai komponen sistem usahatani (tanaman, hewan, tanah, air, iklim dan manusia) sehingga saling melengkapi dan memberikan efek sinergi yang luar biasa.

Prinsip dasar LEISA adalah menjamin kondisi tanah yang mendukung pertumbuhan tanaman, khususnya dengan mengelola bahan organik dan meningkatkan kehidupan mikroorganisme di dalam tanah (soil regenerator), mengoptimalkan ketersediaan dan menyeimbangkan aliran unsur hara, khususnya melalui penambatan Nitrogen, pendaur ulangan unsur hara dan pemanfaatan pupuk luar sebagai pelengkap,, meminimalkan kerugian sebagai akibat radiasi matahari, udara dan air dengan pengelolaan iklim mikro, pengelolaan air dan pengendalian erosi, saling melengkapi dan sinergi dalam penggunaan sumberdaya genetik yang mencakup penggabungan dalam sistem pertanian terpadu dengan tingkat keanekaragaman fungisonal tinggi .     

D. Teknik Pemupukan

Pemupukan merupakan cara membantu memberikan nutrisi tambahan pada tanah, baik secara langsung atau tidak langsung sehingga dapat diserap oleh tanaman untuk metabolismenya. Pemupukan dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu melalui akar dan daun. Pengaplikasiannya pun berbeda terutama pada tanaman semusim dan tahunan.

Berikut merupakan teknik pemupukan tanaman budidaya secara umum yang digunakan adalah :
Penyiaran, pemupukan dengan cara disebar dilakukan jarak tanam rapat dan diselesaikan dalam barisan, contohnya tanaman padi. Selain itu cara ini cocok dilakukan untuk tanaman yang memiliki akar dangkal, tanah cukup subur, dan takaran tinggi atau takaran pemupukan yang banyak. Cara ini dapat dilakukan pada saat pengolahan tanah dengan memberikan pupuk sebelum tanam pada area tanam.

Penempatan cincin, pupuk ditaburkan di antara larikan tanaman dan kemudian ditutup kembali dengan tanah. Cincin penempatan umumnya digunakan untuk tanaman tahunan dengan ditaburkan pada tanaman melingkar dengan jarak lurus daun terjauh (tujuk daun) dan ditutup kembali dengan tanah. Cara ini dapat dilakukan pada jarak tanaman tidak rapat, kesuburan tanah rendah dan perkembangan akar tanaman yang sedikit.

Tempat penempatan, hal ini dilakukan dengan cara di samping tanaman dibuat lubang sedalam kurang lebih 5-10 cm, kemudian pupuk dimasukkan ke lubang tersebut, setelah itu tutup dengan tanah. Aplikasi penempatan pupuk dapat dilakukan dengan jarak tanam cukup lebar. Pemupukan pada tanaman jagung dapat menggunakan metode ini.
Pemupukan melalui daun atau aplikasi daun, yaitu pupuk yang dilarutkan ke dalam udara dengan konsentrasi sangat rendah kemudian disemprotkan langsung ke daun dengan alat penyemprot biasa seperti hand sprayer. Apabila area budidaya lebih luas, bisa menggunakan sprayer knapsact. Aplikasi dilakukan untuk bagian daun bawah, agar nutrisi dapat dengan mudah diserap oleh stomata daun.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

  1. Kesuburan tanah adalah suatu keadaan tanah dimana tata air, udara dan unsur hara dalam keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman, baik fisik, kimia dan biologi tanah.
  2. Indikator kesuburan tanah meliputi, kapasitas absorbsi, tingkat kejenuhan basa, kandungan liat, dan kandungan bahan organik.
  3. Cara memperbaiki kesuburan tanah yaitu melalui tiga konsep yang berwawasan lingkungan atau berkelanjutan adalah Low External Input Agriculture (LEIA) dan Low Ezternal Input Sustainable Agriculture (LEISA), dan pertanian modren yang tergantung dengan bahan kimia adalah High External Input Agriculture (HEIA).
  4. Teknik pemupukan meliputi, penyiaran, penempatan cincin, dan tempat penempatan.

B. Saran

  1. Perlu dilakukan uji coba di lapangan berdasarkan hasil anjuran kebutuhan pupuk N, P dan K yang didapat dari hasil penelitian ini. 
  2. Sebaiknya dilakukan pemantauan kesuburan tanah secara berkelanjutan karena siklus hara di dalam tanah dapat berubah-ubah dalam waktu tertentu.  

DAFTAR PUSTAKA

Arthagama, I. D. M. 2009. Evaluasi Kesuburan Lahan Tanah Pertanaman Jeruk Di Desa Les Kecamatan Tejakula Berdasarkan Uji Tanah. Jurusan Ilmu Tanah,  Fakultas Pertanian, UNUD. Jurnal Agritrop Vol. 28, No.1. Hal. 15 21.
Badan Pusat Statistik. 2014. Kecamatan Manggis Dalam Angka. Karangasem. Diunduh pada tanggal 19 September 2014.
Hanafiah.  2008.  Dasar-dasar Ilmu Tanah.  Raja Grafindo Persada, Jakarta. 360 hal.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah.  Akademika Presindo, Jakarta.
Permentan. 2007 . Acuan Penetapan Rekomendasi Pemupukan N, P dan K Pada Padi Sawah Spesifik Lokasi. OT.140/04.
PPT. 1995. Kombinasi Beberapa Sifat Kimia Tanah dan Status Kesuburannya. Bogor.
Purwanto, E. 2008. Kajian Macam Media Tanam Dan Konsentasi Iba Terhadap Pertumbuhan Stek Jarak Pagar (Jatropha Curcas I). Program studi agronomi. Universitas Sebelas Maret.
Supadma, A.A., I.N. Dibia. 2006. Evaluasi Status Kesuburan Tanah Sawah di Kelurahan Penatih Kota Denpasar Untuk Perencanaan Pemupukan Berimbang. Jurnal Agritrop Vol.25 No 4, Hal 116-124.
Winarso, 2005. Pengertian dan sifat kimia tanah. Yogyakarta. UGM PRESS.

Disusun Oleh :
Ana Yulia Putri 
Wahyu Kurniawati
Lulu’ Mantsuroh