Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Beriman Kepada Qadha Dan Qadar Allah SWT

Daftar Isi [Tampilkan]
Kita dapat melihat diri kita sendiri dengan mudah. Warna kulit, wajah, rambut, tinggi badan dan sebagainya. Lalu kita melihat orang lain ternyata orang lain berbeda dengan kita, baik warna kulit, maupun bentuk tubuh. Kita berbeda dengan orang Amerika, Arab, Perancis, dan sebagainya. Ternyata setiap manusia punya ukuran dan ketentuan masing-masing.

Ada yang kaya ada pula yang tidak terlalu kaya atau miskin. Ternyata orang yang kaya berkerja lebih rajin, tidak malas-malasan dan tidak pantang menyerah. Kita juga melihat bahwa ada orang yang pandai ada pula yang kurang pandai. Ternyata orang-orang pandai itu selalu disiplin menepati jadwal yang telah dibuatnya, sehingga ia pandai membagi waktu belajar, beribadah, bermain dan beristirahat. Waktu untuk bermain hanya terbatas sementara waktu untuk belajar lebih banyak.

Mengapa semua itu terjadi? Siapa yang menyebabkan dan mengaturnya? Dialah Allah SWT, yang membuat hukum dan ketentuan. Hukum dan ketentuan Allah itu disebut Qadha dan Qadar. Orang yang mengaku Islam harus percaya adanya Qadha dan Qadar Allah karena merupakan rukun iman yang ke enam.

Pengertian Qadha dan Qadar

Pengertian Qadha secara bahasa memiliki beberapa arti yaitu : hukum, ketetapan, perintah, kehendak, pemberitahuan, dan penciptaan. Sedangkan menurut istilah yang dimaksud Qadha adalah ketetapan dan ketentuan Allah sejak zaman azali sesuai dengan irodah-Nya, tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya yang belum diketahui dan belum diterima oleh Allah SWT.

Sedangkan pengertian Qadar secara bahasa adalah kepastian, peraturan, dan ukuran. Sedangkan menurut istilah Qadar adalah perwujudan dari ketentuan atau ketetapan (Qadha) Allah dan telah diterima serta telah berlaku bagi makhluk-Nya dalam kadar dan bentuk tertentu sesuai dengan irodah-Nya.

Perbedaannya adalah Qadha merupakan ketentuan Allah yang manusia belum mengetahui, sedangkan Qadar merupakan ketentuan Allah setelah terjadi peristiwa atau setelah ada ikhtiar. Sebagai manusia tidak boleh duduk manis, berpangku tangan serta menerima apa yang telah ditetapkan. Akan tetapi manusia harus berusaha untuk mencapainya. Karena Allah tidak akan mengubah nasib seseorang atau suatu kaum, kecuali manusia atau suatu kaum itu sendiri yang mau mengubahnya.

Kehendak manusia selalu menginginkan yang sebaik-baiknya, sedangkan ketentuan Allah ada yang baik dan ada yang buruk. Allah hanya akan memberi kepada manusia yang baik-baik saja dengan syarat manusia mau berusaha. Usaha itu disebut ikhtiar, ikhtiar itu ada dua macam :
  1. Ikhtiar dalam perbuatan
  2. Ikhtiar dalam berdoa
Sedangkan beriman kepada Qadha dan Qadar adalah percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa segala yang terjadi di dunia ini sesuai kehendak Allah dan sesuai dengan aturan yang diciptakan-Nya. Dalam memahami pengertian Qadha dan Qadar harus dilandasi dengan iman dan ilmu yang benar karena jika tidak maka kita akan terperangkap pada pemahaman yang salah. Misalnya kita beranggapan bahwa nasib baik dan buruk seseorang telah ditentukan oleh Allah secara pasti sehingga manusia hanya sebagai pelaksana tanpa memiliki sedikit pun peran dalam menentukan nasibnya. Oleh sebab itu kita perlu memahaminya secara baik dan benar sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Adanya Qadha dan Qadar Allah yang berlaku bagi manusia sebagai bukti dari kekuasaan Allah, agar manusia bertambah kuat aqidahnya dan kesadarannya untuk selalu taat dan tunduk kepada Allah. Segala sesuatu yang terdapat di alam semesta ini seperti kaya dan miskin, hidup dan mati, rizki, jodoh, dan lain sebagainya adalah berjalan sesuai dengan ketentuan Allah. Dia-lah yang mengatur segala sesuatu dengan ketentuan-ketentuan yang tidak dapat diketahui orang sebelum kejadian itu terwujud.

Beriman kepada Qadha dan Qadar hukumnya wajib dan termasuk rukun iman yang ke enam. Qadha dan Qadar yang berlaku bagi manusia ini sebagai bukti dari kekuasaan Allah. Firman Allah :
إِنَّا كُلَّ شَىۡءٍ خَلَقۡنَـٰهُ بِقَدَرٍ۬ (٤٩)

Artinya : "Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (49)" (QS. Al-Qomar:49)
وَخَلَقَ ڪُلَّ شَىۡءٍ۬ فَقَدَّرَهُ ۥ تَقۡدِيرً۬ا (٢)

Artinya : "dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya" (QS. Al-Furqon:2)

Menyakini takdir berarti percaya juga bahwa Allah itu memiliki sunnah (hukum) dalam menentukan segala sesuatu bagi makhluk-Nya. Sunnatullah adalah bentuk suatu kejadian yang  melalui tahap tertentu. Misalnya seorang yang meninggal melalui proses sakit terlebih dahulu. Namun karena Allah Maha Kuasa maka melalui takdir-Nya seorang dapat meninggal tanpa melalui sakit terlebih dahulu. Banyak orang menamakan sunnatullah itu sebagi hukum alam.

Manusia harus rela terhadap ketentuan Allah. Maksudnya yaitu menerima bahwa apa yang diberikan Allah kepadanya, diterima dengan rasa senang dan lapang dada tidak merasa kecewa dan putus asa. Segala yang terjadi pada dirinya semata-mata atas ketentuan Allah.

Rela terhadap ketentuan Allah adalah wajib hukumya dan merupakan tanda adanya iman pada diri seseorang. Allah adalah dzat yang Maha Kuasa menentukan apa yang bakal terjadi pada manusia di dunia ini, baik itu ketentuan yang baik maupun yang buruk bagi manusia adalah semata-mata ketentuan Allah.

Contoh Peristiwa Yang Berhubungan Qadha Dan Qadar Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Tatkala manusia masih dalam perut ibunya, Allah telah mengutus malaikat untuk menetapkan empat macam, yakni tentang :
  1. Masuk surga atau neraka
  2. Rezekinya
  3. Kematiannya
  4. Kebahagiaan dan kesengsaraannya
Secara dhahir kita dapat menilai seseorang termasuk ahli surga atau ahli neraka tergantung amal perbuatannya sehari-hari, misalnya seorang rajin shalat berjamaah ke masjid, rajin bersadaqah, dermawan, tidak mudah marah, suka menolong sesama teman dalam kesulitan. Itulah sifat-sifat seseorang yang mengantarkan  amalan-amalan ahli surga. Karena Allah mentakdirkan ahli surga, maka orang tersebut selalu diberi kemudahan untuk berbuat baik, baik dalam keadaan lapang maupun sempit.

Sedangkan seseorang ditakdirkan ahli neraka, maka orang tersebut juga mudah dalam berbuat kemaksiatan, walaupun mereka hidup dalam keluarga dan lingkungan yang baik sekalipun. Semua manusia yang hidup di alam semesta mendapatkan rizki dari Allah, bahkan binatang sekecil apa pun tak ada yang terlewatkan untuk mendapatkan rezeki dari-Nya. Akan tetapi tak seorang pun yang mengetahui berapa banyak rezeki yang harus diberikan antar manusia yang satu dengan yang lain, tentunya tidak sama.

Dalam kehidupan sehari-hari juga banyak kita jumpai adanya peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan Qadha dan Qadar. Jika terwujud Qadha dan Qadar ingatan kita pasti akan kembali kepada Allah, diantaranya sebagai berikut:
  1. Seseorang mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi, setelah melihat di depan ada mobil dari arah yang berlawanan, maka dengan gugup ia membanting ke kiri dan menabrak pohon di sebelah kiri jalan, pengendara motor itu meninggal seketika. Keterangan : pengendara sepeda motor itu meninggal merupakan Qodar dari Allah yang telah ditetapkan di zaman azali bahwa usianya hanya sampai pada hari itu. Sedangkan menabrak pohon adalah Qadha Allah bahwa meninggalnya dengan cara menabrak pohon.
  2. Seorang petani yang tekun dan rajin bekerja memelihara tanaman padinya dengan sebaik-baiknya. Ia berusaha memberi pupuk, menjaga dari serangan hama, hingga ketika panen memperoleh hasil berlipat ganda. Keterangan : perolehan hasil berlipat ganda merupakan Qadha dari Allah sedangkan ia panen padi tersebut adalah merupakan Qadar dari Allah. Jelasnya, melalui Qadar Allah pada zaman azali petani tersebut panen, dan melalui Qadha Allah terwujud petani tersebut panen dengan hasil berlipat ganda.
  3. Dua siswa SMP bernama Ahmad dan Muhammad, Ahmad tamat kemudian meneruskan belajarnya sampai ke perguruan tinggi. Muhamad hanya berpendidikan sampai tingkat Aliyah saja. Sedangkan dia bekerja ditempat yang sama yaitu di sebuah lembaga pendidikan dan sama-sama sebagai pegawai negeri. Ahmad sebagai kepala sekolah sedangkan Muhammad menjadi pegawai administrasi di sekolah tersebut. Keterangan : Qadar dari Allah ternyata kedua-duanya menjadi pegawai negeri. Adapun Qadha keduanya berbeda. Dengan ikhtiarnya Ahmad menjadi kepala sekolah sedangkan Muhammad cukup dengan pegawai administrasi.
Dari ketiga bentuk kejadian yang berkaitan dengan Qadha dan Qadar tersebut, dapat diperoleh petunjuk bahwa kita tidak hanya menyerah kepada takdir yang mana kita tidak mengerti bentuk takdir itu nanti, dalam hal inilah kita dituntut untuk melakukan ikhtiar dengan tujuan memperoleh sesuatu yang lebih baik dari apa yang kita peroleh sekarang. Ikhtiar ini dapat dengan melalui dua cara yaitu:
  1. Melalui bentuk lahiriyah, seperti bekerja dengan tekun, belajar dengan rajin, dan lain-lain.
  2. Melalui bentuk bathiniyah yaitu melalui pendekatan dengan Allah melalui do’a
Setelah melalui ikhtiar itu kemudian bertawakkal kepada Allah. Tawakkal yaitu menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah. Tawakkal ini dilakukan setelah berikhtiar atau berusaha semaksimal mungkin, seperti jika keinginan terkabul, maka bersyukurlah, dan jika belum terkabul kemungkinan akan berhasil di lain waktu, atau ada hal-hal lain yang menjadikan do’a kita terkabul, dapat pula seandainya dikabulkan kita akan menjadi terhina atau lebih menderita dari keadaan sekarang. Maka bersabarlah bila keinginan belum tercapai.

Ada beberapa contoh tentang Qadha dan Qadar dari kalangan para Nabi yaitu sebagai berikut:
  1. Nabi Muhammad SAW, adalah seorang Nabi yang diberi gelar uswatun hasanah juga mempunyai akhlak terpuji. Karena akhlak beliau sehingga dari kalangan kafir, bahkan dari musuh Islam yang mengikuti jejak beliau. Bukanlah Nabi juga termasuk manusia biasa, tatkala Nabi berusaha untuk mengajak (berdakwah) kepada pamannya yang bernama Abu Thalib agar masuk Islam, akan tetapi sampai tutup usia beliau tidak mau beriman dan masuk islam. Hal tersebut merupakan ketetapan Allah yang tak seorang pun dapat mengetahui dan mengubahnya.
  2. Begitu pula Nabi Nuh as, tatkala Allah menurunkan azab dengan banjir. Nabi Nuh ingin menyelamatkan anaknya yang bernama Kan’an, tetapi anaknya dengan keras kepala tidak mau mengikuti ayahnya.
  3. Begitu juga Nabi Luth yang berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaiki akhlak istrinya sendiri akan tetapi sampai akhir hidup istrinya tetap durhaka dan tidak mau masuk Islam.
  4. Sebaliknya Nabi Ibrahim, beliau hiduo di kalangan orang-orang musyrik bahkan keluarganya sendiri sebagai musuh, tetapi keimanan Nabi Ibrahim tak pernah goyah sedikit pun.
Masih banyak pula dari kalangan nabi yang dapat kita baca kisahnya: misalnya Nabi Yusuf, Istri Fir’aun, Siti Maryam, Nabi Ayub dan lain-lain.

Hubungan Antara Qadha Dan Qadar Dengan Ikhtiar

Pada uraian tentang pengertian Qadha dan Qadar telah jelas dan dapat diambil kesimpulan bahwa antara Qadha dan Qadar mempunyai hubungan yang sangat erat.

Qadha adalah ketentuan-ketentuan dari Allah yang merupakan garis-garis perencanaan yang akan diberlakukan kepada manusia. Sedang Qadar adalah pelaksanaan dari ketentuan atau rencana yang telah digariskan oleh Allah, yang sering disebut dengan takdir.

Jadi hubungan antara Qadha dan Qadar ibarat hubungan antara ketentuan atau rencana Allah dengan pelaksanaan dari rencana tersebut. Qadarnya Allah yang merupakan ketentuan-ketentuan sebagai garis-garis perencanaan selalu sesuai dengan Qadha-Nya yang merupakan pelaksanaan dari ketentuan atau rencana tersebut. Firman Allah
وَإِن مِّن شَىۡءٍ إِلَّا عِندَنَا خَزَآٮِٕنُهُ ۥ وَمَا نُنَزِّلُهُ ۥۤ إِلَّا بِقَدَرٍ۬ مَّعۡلُومٍ۬ (٢١)
Artinya : "Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu. (21)" (QS. Al Hijr:21)

Orang-orang kadang menggunakan istilah Qadha dan Qadar dengan satu istilah yaitu Takdir. Ketika ada yang terkena musibah lalu orang tersebut mengatakan “sudah takdir” maksudnya adalah Qadha dan Qadar.

Semua makhluk Allah itu tidak akan terlepas dari takdir. Biarpun segala sesuatu berjalan melalui takdir, namun tidak berarti kita harus menyerah saja kepada takdir atau nasib, teteapi harus berusaha sekuat tenaga untuk mengubah nasib itu. Hal inilah yang dinamakan dengan ikhtiar.

Ikhtiar yaitu usaha menusia untuk mencapai sesuatu yang diharapkan. Usaha ini adalah untuk mencapai sesuatu yang lebih baik di dunia dan di akhirat. Sebagai contoh, orang yang ingin pandai maka ia berusaha dengan belajar.

Berikhtiar tidaklah kita memikirkan takdir yang berlaku, sebab tidak seorangpun yang mengetahui nasib yang akan datang. Hendaknya dalam menapak kehidupan ini kita wajib selalu giat dan berusaha sekuat tenaga untuk meraih hal yang lebih baik. Tidak boleh dalam hidup ini hanya berpangku tangan menunggu takdir.

Dalam hubungan antara Qadha, Qadar dan Ikhtiar, para ulama berpendapat bahwa takdir dibagi menjadi dua, yaitu:

Takdir Muallaq

Takdir muallaq adalah takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar/usaha menusia. Artinya takdir itu terjadi berkaitan dengan usaha manusia. Contoh: ada seorang siswa bercita-cita ingin menjadi takdir, untuk mencapai cita-citanya itu ia sekolah pada ilmu kedokteran sambil belajar dengan tekun, akhirnya apa yang dicita-citakan menjadi kenyataan, ia menjadi seorang dokter.

Sesuai dengan firman Allah di dalam surat An-Najm ayat 39, sebagai berikut
وَأَن لَّيۡسَ لِلۡإِنسَـٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ (٣٩)
Artinya : "dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (39)" (QS. An-Najm:39)

Firman Allah
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِہِمۡ‌ۗ
Artinya : "Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan [3] yang ada pada diri mereka sendiri" (QS. Al-Ro'du:11)

Takdir Mubram

Takdir mubram yaitu takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan atau ditawar-tawar lagi oleh manusia. Contoh : kematian seseorang tidak dapat dihindari olehnya. Pak Surya sakit parah walaupun sudah berikhtiar berobat ke dokter ahli baik di dalam maupun di luar negeri jika Allah menentukan ajalnya tiba maka tak ada yang bisa menolongnya. Pak Surya pun akhirnya meninggal dunia. Dan pada kasus yang lain, seseorang yang tertimpa reruntuhan bangunan karena terjadi gempa bumi yang sangat dahsyat hingga terluka parah, patah kaki dan tangannya, jika belum sampai ajalnya maka dia tidak mati.
Firman Allah
إِذَا جَآءَ أَجَلُهُمۡ فَلَا يَسۡتَـٔۡخِرُونَ سَاعَةً۬‌ۖ وَلَا يَسۡتَقۡدِمُونَ (٤٩)
Artinya : "Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak [pula] mendahulukan [nya]. (49)" (QS. Yunus:49)

Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Adil. Ketentuan (Qadha) maupun keputusan (Qadar) Allah berjalan sesuai dengan kehendaknya dengan memperhatikan proses sebab akibat. Proses sebab akibat ini disebut sunatullah.

Dalil Al Qur’an Yang Berhubungan Dengan Qadha Dan Qadar

Adapun dalil-dalil Al Quran yang berhubungan dengan Qadha dan Qadar adalah sebagai berikut:

Segala sesuatu telah ditentukan sebelum diciptakan-Nya
Firman Allah
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمۡ إِلَّا فِى ڪِتَـٰبٍ۬ مِّن قَبۡلِ أَن نَّبۡرَأَهَآ‌ۚ إِنَّ ذَٲلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ۬ (٢٢)
Artinya : "Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan [tidak pula] pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab [Lauh Mahfuzh] sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (22)" (QS. Al-Hadid:22)
Firman Allah
مَّآ أَصَابَكَ مِنۡ حَسَنَةٍ۬ فَمِنَ ٱللَّهِ‌ۖ وَمَآ أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ۬ فَمِن نَّفۡسِكَ‌ۚ وَأَرۡسَلۡنَـٰكَ لِلنَّاسِ رَسُولاً۬‌ۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَہِيدً۬ا (٧٩)
Artinya : "Apa saja ni’mat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari [kesalahan] dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. (79)" (QS. An-Nisa':79)

Semua kejadian pasti terjadi atas kehendak Allah. Bagi orang yang beriman adanya berbagai bentuk kejadian seperti kebakaran, kehilangan atau kematian itu semua merupakan ujian dari Allah. Iman yang belum mapan atau mudah tergoyahkan dengan berbagai kejadian itu. Sehingga mudah diketahui siapakan diantara mereka yang lebih baik amal perbuatannya.
Firman Allah
ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلاً۬‌ۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفُورُ (٢)
Artinya : "Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (2)" (QS. Al-Mulk:2)

Walaupun segala sesuatu telah ditetapkan dan ditentukan oleh Allah, akan tetapi kita tidak mengetahui ketetapan tersebut. Maka hendaknya kita tetap berusaha baik secara lahir maupun secara batin. Seperti seandainya ketentuan jatuh sakit, semoga sakit yang tidak terlalu berat.
اعمل لدنياك كأنك تعيش أبداً ، واعمل لآخرتك كأنك تموت غداً
Artinya : "Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya. Beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok" (HR. Muslim)

Apabila kita telah melakukan ikhtiar secara maksimal baik secara lahir maupun batin, setelah itu hendaknya kita bertawakkal atau berserah diri kepada Allah sepenuhnya.
Firman Allah
فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ
Artinya : "Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." (QS. Ali Imron:159)


ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَـٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٌ۬ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٲجِعُونَ (١٥٦)
Artinya : "[yaitu] orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" (QS. Al Baqorah:156)

وَكُلَّ إِنسَـٰنٍ أَلۡزَمۡنَـٰهُ طَـٰٓٮِٕرَهُ ۥ فِى عُنُقِهِۦ‌ۖ وَنُخۡرِجُ لَهُ ۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ ڪِتَـٰبً۬ا يَلۡقَٮٰهُ مَنشُورًا (١٣)
Artinya : "Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya [sebagaimana tetapnya kalung] pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. (13)" (QS. Al-Isra:13)

قُل لَّآ أَمۡلِكُ لِنَفۡسِى ضَرًّ۬ا وَلَا نَفۡعًا إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُ‌ۗ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ‌ۚ إِذَا جَآءَ أَجَلُهُمۡ فَلَا يَسۡتَـٔۡخِرُونَ سَاعَةً۬‌ۖ وَلَا يَسۡتَقۡدِمُونَ (٤٩)
Artinya : "Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak [pula] kemanfa’atan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah." Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak [pula] mendahulukan [nya]. (49)" (QS. Yunus:49)